Screenshot_3.png
Dunia

Israel Kembali Tolak Seruan Gencatan Senjata

  • Menurut laporan agensi berita Palestina WAFA, Gaza mengalami serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Israel pada Minggu, 5 November 2023.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Israel menolak tekanan internasional yang meningkat untuk gencatan senjata dengan Hamas. Pasukan Israel telah mengepung Kota Gaza ketika diplomat top AS bergegas menahan krisis yang akan menyebabkan eskalasi lebih lanjut di Lebanon.

Menurut laporan agensi berita Palestina WAFA, Gaza mengalami serangan udara yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Israel pada Minggu, 5 November 2023. Sementara perusahaan telekomunikasi Palestina, Paltel, melaporkan semua layanan komunikasi dan internet kembali terputus.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bergabung dengan seruan internasional untuk gencatan senjata segera pada pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang melakukan kunjungan mendadak ke Tepi Barat yang diduduki.

Setelah Blinken mengulangi kekhawatiran AS bahwa gencatan senjata dapat membantu Hamas, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengesampingkan hal itu kecuali sandera yang ditahan Hamas dibebaskan. “Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya para sandera," ujar Netanyahu.

Blinken tiba di Ankara pada Minggu malam untuk pembicaraan lebih lanjut tentang konflik Gaza dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan pada Senin, 6 November 2023. Beberapa jam sebelumnya, polisi di Turki selatan menggunakan gas air mata dan meriam air ketika ratusan orang dalam unjuk rasa pro-Palestina mencoba menyerbu pangkalan udara yang menampung pasukan AS.

Kota Gaza Dikepung

Seorang juru bicara militer mengatakan pasukan Israel telah mengepung kota utama di Gaza. “Mereka mencapai pantai di bagian selatan Kota Gaza dan mereka mengepung Kota Gaza.”

“Ketegangan meningkat dengan Lebanon ketika serangan Israel terhadap sebuah mobil di selatan negara itu menewaskan tiga anak dan nenek mereka,” kata pihak berwenang Lebanon.

Kepala juru bicara militer Israel mengatakan militer telah menyerang sasaran teroris Hizbullah di Lebanon selatan sebagai tanggapan atas serangan rudal terhadap tank yang menewaskan seorang warga Israel. Dia mengatakan pesawat tak berawak Hizbullah juga ditembak jatuh.

Hizbullah mengatakan pihaknya menanggapi dengan menembakkan roket ke kota Kiryat Shmona di Israel utara. Kelompok itu mengatakan tidak akan pernah mentolerir serangan terhadap warga sipil dan tanggapannya akan tegas dan kuat.

Sirene terdengar di seluruh Israel tengah, dengan media Israel melaporkan roket menghantam daerah di dalam dan sekitar Tel Aviv. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 9.770 warga Palestina tewas dalam perang, yang dimulai ketika Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang. Israel mengatakan 31 tentaranya tewas sejauh ini.

Di kamp pengungsi Maghazi di Gaza, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 47 orang dalam serangan semalam. Orang-orang masih mencari korban atau yang selamat. “Sepanjang malam saya dan orang-orang lain mencoba menjemput orang mati dari puing-puing. Kami memiliki anak-anak, dipotong-potong, dagingnya tercabik-cabik,” kata Saeed al-Nejma, 53 tahun. 

Dia sedang tidur bersama keluarganya ketika ledakan menghantam lingkungannya. Dimintai komentar, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka sedang mengumpulkan rinciannya.

“Dalam serangan terpisah, 21 warga Palestina dari satu keluarga, termasuk wanita dan anak-anak, tewas dalam serangan semalam,” kata kementerian kesehatan. IDF menolak berkomentar. Reuters belum dapat memverifikasi laporan-laporan ini secara independen.

“Kami menuntut Anda menghentikan mereka dari melakukan kejahatan ini segera,” kata Abbas kepada Blinken, mendesak gencatan senjata segera dari Israel. Warga Palestina menghadapi perang genosida dan kehancuran, kantor berita WAFA mengutip perkataan Abbas.

Seruan Genjatan Senjata

Menteri luar negeri dari Qatar, Saudi, Mesir, Yordania, dan Uni Emirat Arab bertemu Blinken di Amman pada Sabtu dan mendesaknya untuk membujuk Israel agar menyetujui gencatan senjata. Blinken juga mengunjungi Irak pada Minggu dan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Mohammed al-Sudani.

Paus Fransiskus bergabung dengan seruan untuk perdamaian. “Berhentilah atas nama Tuhan,” katanya, menyerukan bantuan kemanusiaan dan bantuan bagi yang terluka untuk meringankan situasi sangat parah di Gaza.

Namun, Blinken mengatakan gencatan senjata akan menguntungkan Hamas, memungkinkannya untuk berkumpul kembali dan menyerang lagi. Sebaliknya, AS menginginkan jeda lokal dalam pertempuran untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan dan orang-orang meninggalkan Gaza.

“Sekretaris menegaskan kembali komitmen AS untuk pengiriman bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dan dimulainya kembali layanan penting di Gaza,” kata juru bicara Matthew Miller.

“Blinken mengatakan Otoritas Palestina harus memainkan peran sentral di masa depan Jalur Gaza,” kata seorang pejabat AS setelah kunjungan Tepi Barat, dilansir dari Reuters, pada Senin, 6 November 2023.

Evakuasi Dihentikan

Upaya sedang dilakukan pada Minggu untuk melanjutkan evakuasi warga asing dan warga Gaza yang terluka melalui penyeberangan Rafah ke Mesir, ditangguhkan sejak Sabtu setelah serangan mematikan terhadap sebuah ambulans, kata pejabat Mesir, AS, dan Qatar.

Penyeberangan Rafah ke Semenanjung Sinai Mesir adalah satu-satunya titik keluar dari Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel. Menurut dua sumber Mesir, truk-truk bantuan masih dapat masuk ke Gaza.

“Evakuasi dimulai pada Rabu di bawah kesepakatan yang ditengahi secara internasional. Lebih dari 300 warga Amerika telah meninggalkan Gaza, tetapi beberapa tetap tinggal,” kata Jonathan Finer, wakil penasihat keamanan nasional.

Kementerian luar negeri Qatar mengatakan tanpa periode tenang di Gaza, mediatornya tidak akan dapat mengamankan pembebasan sandera Israel yang ditahan di daerah kantong tersebut. Negara Teluk, berkoordinasi dengan AS, memimpin pembicaraan dengan Hamas dan pejabat Israel mengenai pembebasan sandera.

Memburuknya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki Israel telah memicu kekhawatiran bahwa itu bisa menjadi front ketiga dalam perang yang lebih luas, di samping perbatasan utara Israel dengan Lebanon.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hegarty mengatakan IDF berfokus pada operasi darat di utara Gaza untuk membebaskan sandera kami dan membebaskan Gaza dari Hamas. “Kami akan menyesuaikan rencana kami untuk tetap dengan tujuan, dan itu akan memakan waktu lama bagi kami,” tambahnya.

Dia mengatakan IDF telah mengekspos jaringan terowongan Hamas, pusat komando dan peluncur roket di bawah dan berdekatan dengan rumah sakit di Gaza utara. “Hamas secara sistematis mengeksploitasi rumah sakit sebagai bagian dari mesin perangnya,” kata Hagari kepada wartawan.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas meminta sekretaris jenderal PBB untuk membentuk komite internasional untuk mengunjungi rumah sakit guna melawan klaim palsu Israel bahwa Hamas menggunakannya untuk melancarkan serangan.

Mimpi Buruk 

Kantor kemanusiaan PBB memperkirakan hampir 1,5 juta dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.  “Bantuan yang saat ini masuk ke Gaza sama sekali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” kata kepala Program Pangan Dunia Cindy McCain setelah mengunjungi penyeberangan Rafah.

“Orang-orang hidup dalam mimpi buruk yang mengerikan. Makanan dan air sudah habis. Aliran bantuan yang stabil diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak sekarang,” kata McCain.