Isu Indo-Pasifik, Eropa Perkuat Kerja Sama Maritim dengan Filipina
- Filipina menjadi titik sentral persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China, dengan wilayah maritimnya mencakup sebagian Laut China Selatan. Jalur perairan itu menjadi perebutan lantaran strategis dan kaya sumber daya alam.
Dunia
JAKARTA - Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan Uni Eropa siap memperkuat kerja sama dengan Filipina dalam bidang keamanan maritim. Upaya itu sambil menekankan pentingnya wilayah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Ursula von der Leyen telah bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Manila awal pekan ini. Kedua pemimpin tersebut membahas sejumlah isu mulai dari keamanan dan perdagangan hingga perubahan iklim.
“Kami siap untuk memperkuat kerjasama dengan Filipina dalam keamanan maritim di wilayah ini dengan berbagi informasi, melakukan penilaian ancaman, dan memperkuat kemampuan penjaga pantai Anda,” kata Ursula dalam konferensi pers bersama dengan Marcos, dikutip dari Reuters, Senin 31 Juli 2023.
- Bank Mandiri Salurkan Kredit Rp1.272 Triliun, Tumbuh Melampaui Rata-Rata Industri
- 5 Alasan Mengapa Sebaiknya Anda Bekerja Full Time Sebelum Jadi Freelancer
- Seluruh BUMN Didorong Terapkan Praktik ESG
Filipina menjadi titik sentral persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China, dengan wilayah maritimnya mencakup sebagian Laut China Selatan. Jalur perairan itu menjadi perebutan lantaran strategis dan kaya sumber daya alam.
Von der Leyen menegaskan kembali dukungan Uni Eropa terhadap putusan arbitrase internasional tahun 2016 yang membatalkan klaim luas Beijing, dengan menyatakan bahwa putusan tersebut memiliki kekuatan hukum dan menyediakan dasar untuk menyelesaikan sengketa dengan cara damai.
Namun, China, yang tindakan “agresif”nya di Laut China Selatan telah menjadi subjek ratusan protes diplomatik yang diajukan oleh Filipina, tidak mengakui putusan penting tersebut. “Indo-Pasifik yang bebas dari ancaman paksaan adalah kunci stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran bagi seluruh rakyat kami,” ujar Von der Leyen.
Pertama Dalam 6 Dekade
Kunjungannya ke Manila merupakan kunjungan pertama seorang Presiden Komisi Eropa dalam hampir enam dekade terakhir. Para pemimpin juga membahas untuk memulai kembali negosiasi perjanjian perdagangan bebas, yang telah terhenti sejak tahun 2017.
Pembicaraan ini awalnya dimulai pada tahun 2015 dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan yang mencakup tarif, hambatan perdagangan non-tarif, dan hak kekayaan intelektual.
Von der Leyen menambahkan Uni Eropa akan mendukung upaya Filipina dalam menghadapi perubahan iklim, yang menjadi prioritas bagi Marcos. Marcos telah berupaya meningkatkan porsi energi terbarukan dalam campuran energi negara hingga 35% pada tahun 2030.