Izinkan Minyak Mentah Dijual ke Luar Negeri, Impor China Capai Level Tertinggi
- Impor minyak China mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir pada Oktober tahun ini.
Dunia
Beijing - Impor minyak China mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir pada Oktober tahun ini. Hal ini terjadi setelah Beijing mengizinkan perusahaan penyulingan untuk membeli lebih banyak minyak mentah dari luar negeri.
Dibukanya keran impor dilakukan pemerintah China sebagai upaya untuk meningkatkan ekonomi negara yang sedang kesulitan.
Seperti diketahui, berdasarkan data bea cukai setempat, pemerintah China membeli 10,2 juta barel minyak per hari bulan lalu. Artinya, impor naik China naik 4% dari September dan ke level tertinggi sejak Mei.
Perusahaan penyulingan minyak mentah kemudian mengekspor kembali bahan bakar yang telah diolah. Terlebih, Pemerintah China telah mengeluarkan kuota yang memungkinkan para penyuling dan pedagang Tiongkok untuk mengekspor 15 juta ton bahan bakar lagi dari akhir September hingga kuartal pertama 2023.
Mengutip Insider Senin, 7 November 2022, Pemerintah China berharap bahwa kegiatan ekspor bahan bakar yang lebih tinggi bisa membantu menghidupkan kembali ekonomi. Sebab, belakangan terakhir ekonomi Negeri Tirai Bambu ini melambat karena pendekatan penguncian garis keras nol-Covid dan krisis utang di sektor properti China.
Menurut pengamatan Analis, kebijakan tersebut kemungkinan telah mengangkat impor karena penyulingan membawa minyak yang kemudian dapat mereka jual kembali ke pembeli internasional.
"Pertumbuhan impor minyak mentah China sebagian besar dipicu oleh kuota ekspor, dengan permintaan domestik masih lesu," kata analis di perusahaan riset komoditas Vortexa, Emma Li seperti dikutip TrenAsia.com dari Bloomberg.
Tak hanya minyak, kuota juga mengangkat impor batu bara China 8% tahun-ke-tahun. Sayangnya, impor gas alam turun hampir 19%.
Meski mengalami kenaikan impor, China masih tidak membawa minyak sebanyak tahun lalu meskipun Oktober kuat untuk impor minyak mentah.
Secara tahunan, impor China telah turun 2,7% tahun-ke-tahun pada 2022, dengan rata-rata angka kisaran 9,97 juta barel. Berdasarkan data bea cukai,hal ini terjadi lantaran penguncian virus garis keras di Beijing membebani ekonomi.