Jabar jadi Wilayah Investasi Terbesar Sepanjang 2022, Tapi Orang Miskin dan Pengangguran Masih Banyak
- Jawa Barat menempati posisi pertama sebagai lokasi investasi terbesar pada 2022 dengan realisasi Rp174,6 triliun.
Industri
JAKARTA - Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan pertumbuhan investasi tertinggi di Indonesia pada 2022. Namun, provinsi ini juga mencatatkan jumlah orang-orang miskin dan tingkat pengangguran tak kalah banyak.
Jawa Barat menempati posisi pertama sebagai lokasi investasi terbesar sepanjang 2022 dengan realisasi Rp174,6 triliun, diikuti DKI Jakarta Rp143 triliun, Sulawesi Tengah Rp111,2 triliun, Jawa Timur Rp110,3 triliun, dan Riau Rp82,5 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Jawa Barat menjadi yang tertinggi kedua hingga September 2022. Penduduk miskin di Jawa Barat mencapai 4,05 juta orang, setelah Jawa Timur sebanyak 4,24 juta orang.
- Kejar Aturan Free Float 7,5 Persen Tahun Ini, BTPN Akan Gelar Rights Issue
- Pakar: BRI Harus Lakukan Ini agar Kasus Penggelapan Dana Nasabah Prioritas Tak Timbulkan Kerugian Negara
- Terancam Degradasi untuk Kali Pertama Sejak 1954, Everton Siap Dilego Rp9,2 Triliunriliun
"Tahu tidak Jabar itu jumlah penduduk terbesar di Indonesia dari sisi provinsi. Jatim kalah loh. Jangan samakan dengan Papua jadi bisa saja terjadi," kata Bahlil di kantor BKPM pada Rabu, 24 Januari 2023.
Sementara itu, dari sisi tingkat pengangguran terbuka hingga Agustus 2022, persentase Jawa Barat tertinggi sebesar 8,31%, posisi kedua ada Kepulauan Riau 8,23%.
Bahlil mengatakan hal ini membuktikan ketimpangan antara banyaknya arus investasi yang masuk dengan penyerapan tenaga kerja. Untuk itu, ia menyarankan agar pemerintah pusat dan daerah mengkorelasikan antara tingkat kebutuhan dengan persiapan tenaga kerja itu sendiri.
Terutama dengan cara mendidik tenaga kerja Indonesia sesuai dengan kebutuhan industrinya. Terutama di tengah era arah kebijakan investasi yang lebih fokus pada hilirisasi dan lebih padat teknologi atau modal ketimbang padat karya.