Jadi Diri Sendiri Di Medsos Tandakan Mental yang Sehat, Ini Penjelasannya
- Penelitian ini, yang dipublikasikan di jurnal Computers in Human Behavior, menyoroti prediktor penting kesejahteraan mental di era digital, yaitu sejauh mana seseorang merasa otentik secara online.
Sains
JAKARTA - Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa mahasiswa yang merasa bisa menjadi dirinya sendiri di platform media sosial cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik.
Penelitian ini, yang dipublikasikan di jurnal Computers in Human Behavior, menyoroti prediktor penting kesejahteraan mental di era digital. Penelitian ini menyoroti sejauh mana seseorang merasa otentik secara online.
Di era Instagram, Twitter, dan Facebook, dampak media sosial terhadap kesehatan mental menjadi perhatian yang semakin meningkat, terutama di kalangan dewasa muda.
- Mayoritas Investor RI Generasi Muda, Masa Depan Cerah Pasar Modal?
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 16 Januari 2024 untuk Wilayah DKI Jakarta
- 2 Saham Emiten Milik Prajogo Pangestu jadi Pemberat IHSG
Studi ini melibatkan 197 mahasiswa dari universitas besar di barat daya Amerika Serikat. Semua peserta adalah pengguna aktif media sosial dan berusia di atas 18 tahun. Kelompok demografis ini dipilih karena keterlibatan mereka yang tinggi dalam media sosial, menjadikan mereka subjek yang ideal untuk memahami dampak interaksi online terhadap kesehatan mental.
Selama dua bulan, studi ini dilakukan dalam dua fase menggunakan survei longitudinal. Survei ini mengukur dua area utama: persepsi otentisitas dan kesehatan mental.
Persepsi otentisitas dinilai menggunakan versi disesuaikan dari Authenticity Scale, yang mencakup aspek-aspek seperti hidup dengan jujur, rentan terhadap pengaruh eksternal, dan perasaan alienasi diri.
Kesehatan mental mahasiswa dinilai menggunakan Depression Anxiety and Stress Scale dan Positive Mental Health Scale. Skala-skala ini membantu mengukur tingkat stres, kecemasan, depresi, dan kesejahteraan mental positif secara keseluruhan.
Para peneliti menemukan hubungan signifikan antara seberapa otentik mahasiswa merasa di media sosial dan kesehatan mental mereka. Secara khusus, mahasiswa yang merasa lebih otentik di platform ini pada awal studi melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dan kesehatan mental yang lebih baik dua bulan kemudian.
Aspek yang menarik dari temuan ini adalah peran unik media sosial. Saat membandingkan dampak otentisitas yang dirasakan dalam konteks online dan offline, hanya otentisitas di media sosial yang menonjol sebagai prediktor signifikan dari hasil kesehatan mental.
Hal ini menekankan pengaruh unik dan kuat media sosial terhadap kesejahteraan mental dewasa muda.
"Orang yang merasa otentik memiliki kesehatan mental yang lebih baik," kata Bunker kepada PsyPost dikutip TrenAsia.com.
"Namun, bagaimana orang melihat diri mereka bervariasi di berbagai konteks sosial. Kami menemukan bahwa seberapa otentik orang muda (terutama mahasiswa Gen Z) merasa di media sosial mungkin lebih berpengaruh pada kesehatan mental mereka daripada seberapa otentik mereka merasa di dunia nyata." lanjutnya.