<p>Ilustrasi pertambangan batu bara. / Pixabay</p>
Industri

Jadi Pemain Global, Simak 11 Potensi Wilayah Tambang Penting di Indonesia

  • Indonesia disebut sebagai salah satu pemain penting dalam industri pertambangan global. Produk yang dihasilkan dari kekayaan alam pun beragam, mulai dari batu bara tembaga, emas, timah, hingga nikel.

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Indonesia disebut sebagai salah satu pemain penting dalam industri pertambangan global. Produk yang dihasilkan dari kekayaan alam pun beragam, mulai dari batu bara tembaga, emas, timah, hingga nikel.

Terdapat beberapa lokasi yang menjadi aset pertambangan di Indonesia. Berdasarkan rangkuman wilayah geologi tambang yang dihimpun oleh  PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), berikut beberapa titik beserta potensi sumber daya.

  1. Tambang Martabe di Sumatera Utara, memiliki potensi sumber daya sebesar 7,6 juta ton emas. Produksi tahunan yang dihasilkan oleh tambang ini mencapai 391 ribu ons emas pada 2019. Diketahui, pada 2018, tambang ini telah diiakuisisi oleh perusahaan PAMA, Jardines dengan biaya senilai US$1,2 miliar atau setara Rp16,8 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat).
  2. Tambang Sihayo yang masih berada di kawasan Sumatera Utara, memiliki potensi 1,59 juta ons emas. Lokasi ini merupakan salah satu wilayah investasi dari MDKA dengan nilai sebesar US$5 juta. Perseroan mengatakan, saat ini tambang Sihayo sedang dilakukan studi kelayakan pembiayaan.
  3. Tambang Batu Hijau di Sumba, memiliki potensi 3,8 juta ton tembaga dan 9 juta ons emas. Adapun rata-rata produksi tahunan yang tercatat pada 2017, masing-masing sebesar 131 ribu ton tembaga dan 398 ribu ons emas.

    Tambang yang beroperasi sejak 1999 ini pada mulanya dikembangkan oleh perusahaan Newmont, tetapi pada 2016 terjadi akuisisi oleh PT Amman dengan biaya sebesar US$1,3 miliar.
  1. Tambang Toka Tindung di Sulawesi Utara memproduksi emas secara tahunan sebesar 251 ribu ons. Sementara sumber daya yang ada mencapai 2 juta ons emas.
  2. Tambang Gosowong di Halmahera Utara, menyimpan sumber daya emas hingga 970 ons dengan jumlah produksi 5,8 juta ons. Diketahui, wilayah tambang tersebut pada Maret tahun lalu telah diakuisisi oleh Indotan Halmahera Bangkit dari Newrest senilai US$90 juta.
  3. Tambang Grasberg di Papua menjadi salah satu tambang emas yang paling populer. Dengan potensi sumber daya sebesar 36 juta ton tembaga dan 96 juta ton emas, pada 2019 produksinya masing-masing sebesar 275 ribu ton untuk tembaga dan 863 ribu ton unuk emas.
Aset Utama MDKA

Di samping itu, masih ada lima lokasi tambang lainnya yang kini menjadi aset utama MDKA. Pertama, proyek tembaga atau emas tujuh yang kini sedang dalam tahap studi prakelayakan.

Proyek bernama Tembaga TB ini memiliki potensi produksi hingga 1,9 miliar ton, dengan kandungan 8,8 juta ton tembaga dan 28 juta oz emas inferred resource. Targetnya, operasional proyek ini bisa dimulai pada kuartal I-2021.

Kedua, proyek Wetar atau Morowali Acid Iron Metal. Meskipun demikian, publik lebih mengenal namanya sebagai Proyek AIM. Belanja modal yang dikeluarkan MDKA untuk pabrik pertama mencapai US$290 juta atau setara Rp4,1 triliun (asumsi kurs Rp14.400 per dolar Amerika Serikat).

Manajemen menyebut, studi kelayakan proyek ini sudah selesai pada Maret 2021 sehingga saat ini sudah mulai tahap konstruksi. Adapun target dimulainya produksi pada kuartal IV-2022.

Untuk proyek ketiga, bernama Emas Pani JV dengan peluang 4,6 juta oz emas. Proyek ini diharapkan mampu menghasilkan lebih dari 250.000 oz emas per tahun dengan jangka waktu 15 tahun.

Selanjutnya, tambang emas tujuh bukit yang memiliki cadangan emas sebesar 702.000 oz. Pada kuartal I tahun ini, MDKA tercatat memproduksi emas sebanyak 16.585 oz, lebih tinggi dibandingkan dengan produksi kuartal IV-2020 yang sebesar 5.355 oz.

Terakhir, proyek Wetar Copper Production atau Wetar Copper Mine. Cadangan tembaga yang tersimpan mencapai 108 ribu ton untuk menunjang produksi sebesar 14.000-20.000 ton per tahun.

Seperti halnya produksi tambang emas tujuh bukit, sepanjang tiga bulan pertama 2021, MDKA menghasilkan 2.489 ton tembaga. Jumlah ini meningkat dari produksi kuartal IV tahun lalu yang sebesar 1.017 ton. (RCS)