truss.jpg
Nasional

Jadi Perdana Menteri Wanita Ketiga di Inggris, Ini Tantangan yang Dihadapi Liz Truss

  • Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss naik tahta menjadi Perdana Menteri. Ia menggantikan Boris Johnson yang mengundurkan diri pada Juli lalu setelah sejumlah skandal menerpa dirinya
Nasional
Rizky C. Septania

Rizky C. Septania

Author

LONDON- Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss naik tahta menjadi Perdana Menteri. Ia menggantikan Boris Johnson yang mengundurkan diri pada Juli lalu setelah sejumlah skandal menerpa dirinya.

Tercatat sebagai Perdana Menteri Perempuan ketiga di Inggris, Liz sudah dijejali sejumlah tantangan. Terlebih, saat ini Eropa tengah menghadapi krisis setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina.

Masalah yang harus diselesaikan Liz setelah didapuk sebagai perdana menteri meliputi pergolakan ekonomi Inggris yang terancam resesi, gejolak tenaga kerja, dan lonjakan tagihan energi di setiap rumah tangga. Bahkan dalam waktu dekat, masalah lain yang diyakini bakal muncul adalah kekurangan bahan bakar di musim dingin mendatang.

Menghadapi segala tantangan yang dihadapi, Liz Truss mengatakan akan mengambil beberapa kebijakan. Salah satunya adalah memotong pajak.

"Saya akan menyampaikan rencana berani untuk memotong pajak dan menumbuhkan ekonomi kita. Tak hanya berurusan dengan tagihan energi masyarakat, tetapi juga berurusan dengan masalah jangka panjang yang kita miliki tentang pasokan energi," ujar Truss, sebagaimana dilansir dan BBC Rabu, 7 September 2022.

Sedikit informasi, Truss menjalani masa bakti sebagai perdana menteri Inggris terhitung sejak Selasa, 6 September 2022. Serah terima jabatan dilakukan usai agenda pertemuan dengan Ratu Elizabeth di Skotlandia, guna menyusun kabinet pemerintah baru.

Usai pertemuan, Truss dijadwalkan bakal menyampaikan pidato perdananya sebagai Perdana Menteri Inggris, di kediaman barunya, di 10 Downing Street, London. 

Sebelumnya, Truss tercatat sebagai pimpinan Partai Konservatif yang pernah menjabat sebagai menteri di beberapa pos pemerintahan. Truss juga dikenal publik sebagai salah satu penentang aksi Brexit dari Uni Eropa.

Namun pada akhirnya. wanita berusia 47 tahun ini kemudian berbalik arah dan bergabung dalam barisan pendukung setia Brexit.

Truss sendiri merupakan sosok yang memiliki pandangan kebijakan luar negeri kontraktif, dan diharapkan dapat menjadi penghubung yang kuat dalam aliansi Barat, terutama dalam pengiriman bantuan ke Ukraina.

"Saya berkampanye sebagai konservatif, dan saya akan memerintah sebagai konservatif," kata Truss.