Paetongtarn Shinawatra.
Dunia

Jadi PM Termuda Thailand, Mampukah Paetongtarn Shinawatra Lepas dari Ancaman Kudeta?

  • Paetongtarn Shinawatra resmi terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) Thailand menggantikan Srettha Thavisin yang dipecat Mahkamah Konstitusi usai pelanggaran kode etik. Paetongtarn meraup suara mayoritas dalam pemungutan suara parlemen pada Jumat, 16 Agustus 2024.

Dunia

Chrisna Chanis Cara

JAKARTA—Paetongtarn Shinawatra resmi terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) Thailand menggantikan Srettha Thavisin yang dipecat Mahkamah Konstitusi usai pelanggaran kode etik. Paetongtarn meraup suara mayoritas dalam pemungutan suara parlemen pada Jumat, 16 Agustus 2024. 

Putri bungsu eks PM Thailand, Thaksin Shinawatra, ini meraih 319 suara dari 493 suara di parlemen atau nyaris dua pertiganya. Hasil tersebut membuat Paetongtarn, yang kini berusia 37 tahun, menjadi PM termuda Thailand sekaligus PM perempuan kedua di Negeri Gajah Putih.

Paetongtarn diusung partai Pheu Thai sebagai pengganti Srettha Thavisin dalam konsolidasi, Kamis, 15 Agustus 2024. Hal ini setelah Mahkamah Konstitusi Thailand memecat Srettha karena pelanggaran kode etik. Srettha diketahui menunjuk eks narapidana kasus korupsi, Pichit Chuenban, sebagai Menteri Kantor PM pada reshuffle April lalu. Saat itu Pichit dipenjara enam bulan pada 2008. 

Jadi Boneka Thaksin?

Lalu siapa sebenarnya Paetangtorn Shinawatra? Dikutip dari Reuters, perempuan yang arab disapa Ung Ing ini bisa dibilang tak memiliki rekam jejak politik. Menurut analis politik, Yuttaporn Issarachai, kemenangannya dalam pemungutan suara pun lebih karena strategi partai yang diklaim mendukung gerakan pemuda. 

Paetongtarn terkenal sebagai sosok yang energik. Dia juga lekat dengan gaya hidup mewah. Dia merupakan lulusan manajemen hotel di Inggris dengan suami seorang pilot serta memiliki dua anak. Terpilihnya dia sebagai PM belakangan memicu polemik bahwa dirinya hanya akan menjadi “boneka” sang ayah. 

Paetongtarn sendiri berasal dari keluarga politikus dan miliarder Shinawatra, yang mengalami kekalahan dalam pemilu pertamanya lebih dari dua dekade lalu. Mereka kemudian terpaksa bersekutu dengan musuh bebuyutannya di militer untuk membentuk pemerintahan.

Sebagai perdana menteri bru, Paetongtarn bakal segera menghadapi tantangan di berbagai bidang, terutama ekonomi yang terpuruk. Popularitas Pheu Thai pun belakangan anjlok lantaran belum kunjung melaksanakan program bantuan rumah tangga senilai 10 ribu baht untuk 50 juta warga Thailand. Padahal, itu adalah salah satu program andalan partai. 

Baca Juga: Pengadilan Thailand Pecat Perdana Menteri karena Melanggar Konstitusi

Paetongtarn, yang kini turut menjabat Ketua Partai Pheu Thai, diyakini juga akan menghadapi tantangan yang relatif berat untuk menjaga kekuasaannya. Pemecatan Srettha menjadi gambaran betapa rentannya posisi PM Thailand dari kudeta. 

Thailand sendiri telah berulang kali didera kudeta hingga pembubaran partai politik dan pemerintahan melalui putusan pengadilan. Dengan perkembangan terbaru ini, Paetongtarn telah terekspos pada pertempuran politik dalam negeri. 

Hal ini sebelumnya yang membuat ayah dan bibinya, Thaksin dan Yingluck, melarikan diri ke luar negeri untuk menghindari penjara setelah pemerintahan mereka digulingkan militer.

Pemerintahan yang dipimpin oleh ayah dan bibinya masing-masing digulingkan oleh militer pada tahun 2006 dan 2014. “Negara ini harus bergerak maju. Kami bertekad, bersama-sama kami akan mendorong negara ini maju,” ujar Paetongtarn, dikutip dari The Nation, Jumat. 

Thaksin sendiri telah kembali ke Thailand Agustus lalu setelah 15 tahun dalam pengasingan. Hal itu usai Pheu Thai menjalin aliansi dengan partai yang didukung militer untuk membentuk pemerintahan. 

Kombinasi partai populis dan militer bisa dibilang tak biasa di negara berpenduduk 66 juta jiwa itu. Namun keputusan itu disebut harus diambil untuk mengantisipaasi kudeta dan kerusuhan sipil yang terus muncul selama lebih dari dua dekade terakhir. 

Ilmuan politik Thailand, Thitinan Pongsudhirak, menilai Paetangtorn yang belum punya pengalaman bakal mendapatkan tantangan berat. “Dia akan berada di bawah pengawasan, akan berada di bawah banyak tekanan. Dia juga harus mengandalkan ayahnya.”