Pejalan kaki melintas didepan kantor KB Bukopin KCP Tangerang City, Rabu 18 Agustus 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Jadi Primadona Baru Bursa, Saham Bank Digital Dinilai Bakal Bergerak Makin Atraktif

  • Sejauh ini, terdapat tujuh bank digital yang telah mengantongi izin dari OJK. Selain BBKP, dan BABP, ada pula PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), Jenius dari PT Bank BTPN Tbk (BTPN), Digibank milik Bank DBS, TMRW dari Bank UOB, serta Jago milik PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Harga saham bank digital dengan kapitalisasi pasar yang mini dan menengah diproyeksikan bakal bergerak lebih atraktif dalam jangka pendek. Meski begitu, bank yang telah menyanggupi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) nomor 12/POJK,03/2020 tentang modal inti minimum Rp2 triliun pada tahun ini dinilai memiliki prospek yang lebih kuat.

Praktisi pasar modal Lucky Bayu Purnomo menyebut ada dua bank digital yang mentereng secara prospek jangka pendek hingga menengah. Emiten tersebut antara lain PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) dan PT MNC Bank Internasional Tbk (BABP).

“Kalau kita bicara prospek, seluruh perbankan berlomba-lomba untuk melakukan transformasi. Namun, bank-bank besar masih punya tantangan untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunga, ini yang menguntungkan bank mini,” ucap Lucky dalam siaran langsung di Instagram @Omfinchannel, Kamis, 19 Agustus 2021.

Lucky mengatakan BBKP masih berpeluang untuk begerak ke target price Rp650 pada akhir tahun ini. Sementara itu, harga saham BBKP pada perdagangan sesi pertama Kamis, 19 Agustus 2021 berada di level Rp545 per lembar.

Adapun BABP diproyeksikan Lucky nilai sahamnya bisa bergerak menembus Rp490-Rp500 pada akhir tahun ini. Harga saham Bank milik taipan Hary Tanoesoedibjo ini masih berada di level Rp374 pada perdagangan sesi pertama hari ini.

Bank Jumbo Sibuk Restrukturisasi, Bank Mini Getol Aksi Korporasi

Menggeliatnya saham bank digital ini juga berkaitan dengan upaya restrukturisasi kredit melalui POJK nomor 11/2020. Beleid ini membuat kinerja sejumlah bank-bank jumbo tertahan karena memiliki penyaluran yang tinggi.

“Bank besar punya tantangan carry over kapitalisasi besar dihindari untuk jangka pendek dan menengah karena masih harus menyelesaikan restrukturisasi yang besar juga. Ini pengaruhnya nanti ke Non preforming loan (NPL) bank-bank tersebut," kata dia.

Pada saat yang bersamaan, bank-bank mini ini terus berlomba mempertebal modal inti melalui rights issue. Lihat saja BABP yang tercatat bakal melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) VII dengan skema rights issue untuk melepas 14,23 miliar saham baru atau setara 33,33% dari modal ditempatkan dari disetor perseroan usai aksi korporasi tersebut rampung dilaksanakan.

Harga pelaksanaan rights issue ini berada di kisaran Rp280-Rp320 per lembar. Bila mengacu rentang harga pelaksanaan rights issue, BABP bisa meraup dana segar Rp3,9 triliun-Rp4,55 triliun. 

Aksi korporasi ini, kata Lucky, dapat mendorong likuiditas dari BABP. Apalagi, BABP bersama lini bisnis keuangan MNC Group coba memperkuat sistem digital melalui ekosistem Motion.

“Masih memiliki potensi upside meski ada sentimen rights issue. Bagi saya, ini momentum akumulasi dan partisipasi,” jelas Lucky.

Sejauh ini, terdapat tujuh bank digital yang telah mengantongi izin dari OJK. Selain BBKP, dan BABP, ada pula PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), Jenius dari PT Bank BTPN Tbk (BTPN), Digibank milik Bank DBS, TMRW dari Bank UOB, serta Jago milik PT Bank Jago Tbk (ARTO).