Ilustrasi Produksi Crude Palm Oil (CPO)
Industri

Jadi Produsen CPO Terbesar, Arab Saudi Lirik Investasi Sawit Indonesia

  • Arab Saudi mulai melirik investasi ketahanan pangan (food security) di Indonesia. Salah satu komoditas yang dilirik adalah produk-produk edible oil.

Industri

Rizanatul Fitri

JAKARTA - Arab Saudi mulai melirik investasi ketahanan pangan (food security) di Indonesia. Salah satu komoditas yang dilirik adalah produk-produk edible oil. Melihat peluang ini, perwakilan perdagangan Indonesia di Riyadh, Arab Saudi menemui perwakilan Saudi Agricultural and Livestock Company (SALIC).

Atase Perdagangan Riyadh, Gunawan, mengatakan SALIC sangat tertarik menjalin kerja sama dengan Indonesia terkait produk edible oil. "Indonesia merupakan produsen terbesar Crude Palm Oil (CPO), baik yang dihasilkan oleh perkebunan pemerintah, swasta, maupun perkebunan rakyat,” ujar Gunawan dikutip dari keterangan resmi, Kamis 27 Juli 2023. 

Dalam pertemuan tersebut, Gunawan bertemu dengan Senior Vice President (SVP) International Investment SALIC, Samih Alyaman dan memberikan informasi kepada Samih mengenai potensi investasi di Indonesia di bidang ketahanan pangan.

Menurut Gunawan, United States Department of Agriculture (USDA) memproyeksikan pada 2022/2023 produksi CPO Indonesia bisa mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) dan produksi CPO Malaysia 18,8 juta MT. 

Jika keduanya digabungkan, produksi CPO Indonesia dan Malaysia mencapai 64,3 juta MT, maka jumlah produksi tersebut menguasai 83% dari total produksi CPO global yang diperkirakan mencapai 77,22 juta MT pada 2022/2023.

Gunawan menyatakan nilai ekspor minyak goreng Indonesia ke Arab Saudi pada 2022 sebesar US$265,73 juta atau sekitar Rp3,98 triliun Sementara pada 2021 sebesar US$259,02 juta atau Rp3,88 triliun, dan 2020 adalah sebesar US$89,43 juta atau sekitar Rp1,34 triliun. 

Sedangkan untuk nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi dalam periode 2018–2022 tumbuh sekitar 44% dengan Jumlah ekspor minyak goreng tahun 2022 kurang lebih 225,98 juta MT, yang artinya menyuplai 32% total kebutuhan Arab Saudi.

Duta Besar RI di Riyadh, Abdul Aziz Ahmad mengungkapkan Arab Saudi mengimpor minyak goreng dari berbagai negara dalam tiga tahun terakhir (2020–2022) berturut-turut sebesar US$124,9 juta (Rp1,87 triliun), US$117,76 juta (Rp1,76 triliun), dan US$884,19 juta (Rp13,25 triliun). 

Sementara impor Arab Saudi dari berbagai negara periode 2018– 2022 tumbuh kurang lebih 38% dan pada 2022, total impor minyak goreng Arab Saudi dari seluruh dunia berjumlah 669,65 juta MT.

“Jumlah ini kurang lebih berkontribusi terhadap dua persen total impor barang dan jasa Arab Saudi dari seluruh dunia. Negara penyuplai terbesar minyak goreng bagi Arab Saudi adalah Malaysia, Indonesia, Oman, Persatuan Emirat Arab, Singapura, Mesir, Kanada, Spanyol, dan Amerika Serikat,” jelas Abdul.

Dana Investasi Publik

SALIC merupakan anak perusahaan yang diinisiasi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang dibentuk melalui kemitraan nasional, regional, dan internasional. Kepemilikan perusahaan tersebut berasal dari saham gabungan Arab Saudi yang dimiliki oleh Dana Investasi Publik (PIF) Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. 

SALIC didirikan berdasarkan peraturan investasi di Arab Saudi yang menetapkan bahwa semua kegiatan investasi harus dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar Arab Saudi. Ketentuan ini merupakan strategi untuk mencapai ketahanan pangan dengan cara menyediakan produk makanan dan menstabilkan harga.

SALIC mulai berinvestasi pada 2012 melalui kerja sama dengan beberapa perusahaan global di bidang pertanian, perdagangan biji-bijian, beras, dan daging di berbagai negara. Perusahaan mitra SALIC antara lain terdapat di Ukraina, Kanada, India, Australia, Brasil, Singapura, dan Inggris. 

Sedangkan di dalam negeri, SALIC bersinergi dengan perusahaan biji-bijian nasional seperti Almarai dan Nadec serta perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. SALIC telah melakukan identifikasi 12 komoditas pangan pokok berdasarkan pada kepentingan strategis untuk menjamin ketahanan pangan jangka panjang. 

Komoditas tersebut menjadi pangan pokok paling penting di Arab Saudi dan banyak wilayah lainnya. Kedua belas komoditas tersebut di antaranya gandum, biji sereal, beras, jagung, kedelai, pakan ternak, daging merah, unggas, ikan budidaya, minyak goreng, gula, dan produk susu serta olahannya.