Ilustrasi ekonomi digital.
Fintech

Jadi Raja di ASEAN, GMV Ekonomi Digital Indonesia Tembus Rp1.270 Triliun

  • Nilai penjualan bruto atau GMV ekonomi digital Indonesia di angka US$82 miliar pada 2023.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Indonesia tercatat sebagai pemimpin pasar ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara dengan pencatatan nilai penjualan bruto atau gross merchandise value (GMV) paling besar. 

Berdasarkan laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai penjualan bruto atau GMV ekonomi digital Indonesia di angka US$82 miliar (Rp1,27 kuadriliun) pada tahun ini dan tercatat tertinggi di Asia Tenggara atau ASEAN. 

Dengan mencatat GMV Rp1,27 kuadriliun, nilai ekonomi digital di Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Meskipun pertumbuhan melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan kenaikan hingga 20%, prospek ekonomi digital Indonesia tetap cerah dengan GMV yang diperkirakan mencapai US$109 miliar (Rp1,7 kuadriliun) pada tahun 2025.

Namun, perlu dicatat bahwa proyeksi ini mengalami revisi turun dibandingkan dengan laporan sebelumnya di angka US$130 miliar (Rp2,02 kuadriliun).

Revisi ini disebabkan sejumlah faktor, termasuk pengurangan promosi oleh perusahaan e-commerce, transportasi online, dan pengantaran makanan, serta kebijakan pemerintah yang membatasi impor produk e-commerce di bawah US$100 (Rp1,5 juta) untuk mendukung pedagang lokal.

E-Commerce Mendominasi

Sama dengan kawasan Asia Tenggara, e-commerce pun menjadi sektor mendominasi ekonomi digital di Indonesia dengan GMV sebesar US$62 miliar (Rp963,1 triliun) pada tahun 2023. 

Kemudian, e-commerce diikuti oleh sektor transportasi dan makanan, serta media online, masing-masing menyumbang GMV sebesar US$7 miliar (Rp108,8 triliun). 

Sementara itu, GMV sektor pemesanan tiket perjalanan online di Indonesia menjadi yang paling rendah dengan angka sebesar US$6 miliar (Rp93,3 triliun) pada tahun ini.

Ekonomi Digital ASEAN

Sementara itu, GMV ekonomi digital di Asia Tenggara mencapai US$218 miliar (setara dengan Rp3,39 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp15.550 per-dolar Amerika Serikat/AS) pada tahun 2023. 

Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 11% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$195 miliar (Rp3,03 kuadriliun). 

Potensi pertumbuhan ekonomi digital di wilayah Asia Tenggara masih sangat cerah dalam beberapa tahun ke depan. Diperkirakan bahwa nilai GMV dalam ranah ekonomi digital di kawasan ini akan mencapai angka sekitar US$295 miliar (Rp4,58 kuadriliun) pada tahun 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sekitar 16%.

Jika dilihat dari sektor, e-commerce atau lokapasar daring masih menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai GMV diperkirakan mencapai US$139 miliar (Rp2,16 kuadriliun) pada tahun ini. 

Sementara itu, GMV perjalanan online mencapai US$30 miliar (Rp466,5 triliun) sementara GMV media online mencapai US$26 miliar (Rp404,3 triliun). Sektor transportasi online dan pesan-antar makanan juga berkontribusi signifikan dengan GMV sebesar US$24 miliar (Rp372,6 triliun).

Setelah Indonesia, Thailand berada di posisi kedua dengan GMV sebesar US$36 miliar (Rp559,8 triliun), diikuti oleh Vietnam dan Filipina dengan GMV masing-masing mencapai US$30 miliar (Rp466,5 triliun) dan US$24 miliar (Rp372,6 triliun).