Gaya Hidup

Jahe, Resep Sukses Suku Baduy Tangkal COVID-19 yang Bisa Dicoba

  • Suku Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, memiliki resep rahasia untuk melawan COVID-19. Salah satunya adalah dengan minum jahe.
Gaya Hidup
Daniel Deha

Daniel Deha

Author

JAKARTA -- Suku Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, merupakan salah komunitas masyarakat yang sampai saat ini belum terpapar COVID-19. Terungkap ada resep rahasia yang digunakan masyarakat adat tersebut untuk melawan COVID-19. Salah satunya adalah dengan minum jahe.

Dokter dan influencer COVID-19, Tirta, mengatakan belum lama ini bahwa jahe-jahean hangat merupakan minuman berkhasiat suku Baduy untuk menjaga imunitas tubuh selama pandemi COVID-19. Jauh sebelum itu, suku purba ini bahkan telah menjadikan jahe sebagai minuman khas untuk membuat tubuh lebih kuat.

Karena itulah, sejak awal pandemi, bersamaan dengan upaya pemerintah untuk melakukan testing, tracing, dan distancing, belum satu pun masyarakat suku Baduy yang terkonfirmasi positif COVID-19.

COVID-19 yang melanda dunia sejak medio Desember 2019 di Cina, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Ketika seseorang dalam kondisi tidak stabil, lelah, atau drop, virus ini dengan lebih mudah masuk dan menyerang pertahanan tubuh. Dalam sekejap, bahkan virus ini bisa merenggut nyawa manusia.

Untuk itu, otoritas kesehatan menyarankan agar masyarakat harus menjaga kestabilan tubuh, dengan salah satunya memperkuat imunitas dengan mengkonsumsi vitamin-vitamin dan jamu maupun obat-obatan tradisional lainnya. 

Himbauan itu bukan asal-asalan. Tetapi telah melalui sejumlah penelitian yang membuktikan bahwa beberapa jenis ramuan tradisional, yang berada dekat dengan lingkungan masyarakat, bisa untuk memperkuat imunitas tubuh.

Salah satunya adalah jahe, jenis tanaman rempah-rempah yang ada hampir di seluruh wilayah Indonesia. Rempah ini mudah didapatkan, bahkan bisa ditanam sendiri di pekarangan rumah tanpa harus lahan besar.

Dilansir dari situs Universitas Airlangga Surabaya, jahe memiliki kelebihan dalam hal kesehatan, kecantikan, dan campuran untuk membuat masakan serta minuman. Untuk minuman, jahe biasanya menjadi produk inti untuk minuman khas Jawa, yaitu jamu.

Minum jahe tidak dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit COVID-19. Tetapi dengan minum jahe, atau jamu, seseorang bisa mencegah masuknya virus ganjil ini. Kandungan-kandungan dari jahe diaggap mampu menangkal virus dalam tubuh.

Mengutip publikasi Jurnal Mandala Pengabdian Masyarakat (2020), pada rimpang jahe terkandung senyawa kimia shogaol, gingerol, dan zingeron, capsaicin, farnesene, cineole, caprylic acid, aspartic, linolenic acid, curcurmin, mengandung hingga 4 persen minyak atsiri, dan juga oleoresin.

Di dalam minyak atsiri, masih terdapat beberapa unsur alami seperti linalool, methyl heptenone, borneol, cineol, citral, chavicol, geraniol, zingiberene, dan acetates. Gingerol dan curcumin sangat baik bagi tubuh.

Kandungan senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi yang ampuh untuk menangkal radikal bebas sehinga akan meningkatkan sistem imun tubuh. Salah satu variannya, yaitu jahe merah diketahui memiliki banyak manfaat bagi tubuh.

Salah satu manfaatnya adalah dapat mengurangi dan meredakan rasa sakit yang diakibatkan oleh peradangan, seperti alergi, asma, penyakit autoimun, penyakit seliaka, hepatitis, penyakit radang usus, dan penolakan transplantasi.

Gejala peradangan inilah yang umum terdapat pada pasien COVID-19, sehingga minum jahe sangat direkomendasikan.

Jahe merah juga merupakan sumber antioksidan yang sangat baik dan bisa mengurangi berbagai jenis stres oksidatif yang disebabkan oleh terlalu banyak radikal bebas menumpuk di dalam tubuh. Radikal bebas ini adalah zat beracun yang dihasilkan oleh metabolisme dan faktor lain yang bisa menyebabkan kanker.

Di masa pandemi COVID-19, realitas kematian, hoaks dan gonjang-ganjing kebijakan, kerap membuat masyarakat mudah stres. Karena itu, jahe bisa menjadi solusi untuk meredakan energi negatif di dalam tubuh akibat stres.

Dan yang terpenting juga adalah bahwa dengan situasi pandemi, masyarakat memerlukan stamina untuk melawan virus.

Jahe diketahui bisa menekan pertumbuhan berbagai bakteri menular, termasuk bakteri Staphylococcus aureus dan Listeria monocytogenes yang bisa menyebabkan beberapa infeksi kulit ringan seperti jerawat, impetigo, bisul, selulitis, folikulitis, hingga kondisi yang berat seperti penyakit pneumonia, meningitis, osteomielitis, dan sindrom syok toksik.

Manfaat lain dari jahe merah adalah untuk melegakan tenggorokan atau batuk yang membuat tenggorokan gatal, sebagaimana gejala umum pada pasien COVID-19 yang terungkap sejauh ini.

Memang belum ada studi khusus untuk meneliti pengaruh jahe terhadap COVID-19, tetapi apa yang dilakukan masyarakat suku Baduy menjadi contoh yang baik bagi masyarakat untuk menjaga imun tubuh dengan mengkonsumsi jahe.*