Jajaki Investor Strategis, Bank Harda Cari Modal Rp1 Triliun
Kebijakan POJK Nomor 12 tahun 2020 tentang Peningkatan Modal Inti Minimum Bank Umum mewajibkan modal inti bank minimum Rp1 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp2 triliun pada tahun 2021, dan Rp3 triliun pada tahun 2020.
Industri
JAKARTA – PT Bank Harda International Tbk. (BBHI) atau Bank Harda tengah menjajaki investor strategis untuk mencari tambahan modal hingga Rp1 triliun bagi perseroan.
“Terkait dengan informasi investor strategis, dapat kami sampaikan bahwa saat ini Bank Harda sedang dalam penjajakan dengan beberapa investor strategis,” ungkap manajemen bank melalui keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip TrenAsia.com, Kamis, 6 Agustus 2020.
Modal yang dibutuhkan setidaknya sebesar Rp1 triliun. Modal itu sebagai syarat bagi perseroan untuk naik kelas dan memenuhi kewajiban modal inti minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Diketahui, kebijakan POJK Nomor 12 tahun 2020 tentang Peningkatan Modal Inti Minimum Bank Umum mewajibkan modal inti bank minimum Rp1 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp2 triliun pada tahun 2021, dan Rp3 triliun pada tahun 2020. Peningkatan modal inti tersebut bertujuan untuk memperkuat daya saing perbankan.
Right Issue
Penambahan modal dapat dilakukan pada aksi korporasi melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias right issue, maupun melalui penempatan langsung atau private placement.
Saat ini, saham Bank Harda dikendalikan oleh PT Hakim Putra Perkasa sebesar 73,71%. Sementara itu, sisanya dimiliki oleh Kwee Sinto dan Masyarakat masing-masing sebesar 3,79% dan 22,50%.
Berdasarkan laporan keuangan emiten bersandi BBHI ini, per semester I-2020, total aset tercatat sebesar Rp2,20 triliun, turun 14,5% dibandingkan dengan Desember 2019 yakni Rp2,52 triliun.
Pendapatan bunga bersih perseroan pada Juni 2020 juga anjlok 72,4% menjadi Rp29,58 miliar. Jumlah itu anjlok tajam jika dibandingkan dengan akhir tahun 2019 sebesar Rp51,02 miliar.
Kendati demikian, bank ini masih membukukan kenaikan laba. Bahkan laba bersih melesat 71,7% menjadi Rp32,8 miliar pada Juni 2020, dari sebelumnya hanya Rp9,27 miliar di Juni 2019. (SKO)