<p>Pekerja beraktifitas dengan latar belakang layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat 5 Juni 2020. IHSG ditutup menguat 0,63% atau 31,08 poin ke level 4.947,78 pada akhir perdagangan. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Jajaran Perusahaan Kakap Setop Penerbitan Obligasi Triliunan Rupiah

  • Sejumlah emiten kakap menghentikan penerbitan obligasi dengan nilai mulai dari Rp23 miliar hingga yang terbesar Rp14,59 triliun akibat kondisi pasar tertekan COVID-19.

Industri

Issa Almawadi

JAKARTA – Saat harga saham berfluktuasi selama pandemi COVID-19 yang membuat sebagian emiten menggelar aksi pembelian kembali (buyback), sebagian lainnya justru menghentikan penerbitan obligasi.

Catatan TrenAsia.com berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), setidaknya ada delapan perusahaan yang menghentikan penerbitan obligasi.

Catatan itu berlangsung sepanjang periode 27 Maret – 17 Juni 2020. Nilainya pun bervariasi. Mulai dari Rp23 miliar hingga yang terbesar Rp14,59 triliun.

Jika diurut dari yang terkecil, nama yang muncul adalah PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN). Mandala Multifinance tidak meneruskan penerbitan obligasi yang tersisa Rp23 miliar dari total target Rp1,2 triliun.

Direktur Utama Mandala Multifinance Harryjanto Lasmana beralasan, tidak tercapainya target dana tersebut karena kondisi pasar yang tidak mendukung. Padahal, perseroan masih punya waktu menerbitkan sisa obligasi hingga 28 Juni 2020.

Sementara nilai emisi obligasi terbesar yang batal terbit adalah milik PT Bank Panin Tbk. (PNBN) bernilai Rp14,59 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari obligasi berkelanjutan III tahun 2018 senilai Rp9,9 triliun dan obligasi subordinasi berkelanjutan III tahun 2018 sebesar Rp4,69 triliun.

Manajemen Bank Panin menerangkan, dua emisi obligasi tersebut terlah berakhir pada 8 Juni 2020. “Pembatalan penerbitan obligasi tersebut terkait kondisi pasar obligasi selama 2019 tidak kompetitif dan cenderung wait and see,” tulis manajemen Bank Panin.

Selain itu, pada 2019 juga berlangsung penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden, serta pelemahan ekonomi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Ditambah lagi, lanjut manajemen Bank Panin, pada awal 2020 pasar semakin tidak kondusif dengan merebaknya pandemi COVID-19.

Ada juga Indonesia Eximbank atau Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang membatalkan sisa penerbitan obligasi Rp14,43 triliun. Ini merupakan bagian dari PUB Obligasi IV dan PUB Sukuk Mudharabah I yaitu masing-masing sebesar Rp26 triliun dan Rp6 triliun.

Dari target itu, Eximbank hanya menghimpun dana dari PUB Obligasi IV yang diterbitkan dari Tahap I sampai dengan Tahap VIII serta PUB Sukuk Mudharabah I yang diterbitkan dari Tahap I sampai dengan Tahap IV adalah sebesar Rp17,56 triliun.

Corporate Secretary Eximbank Yadi jaya Ruchandi menjelaskan, tidak tercapainya target dana yang akan dihimpun disebabkan oleh karena kondisi pasar modal Indonesia belum sepenuhnya memungkinkan Indonesia Eximbank menekan biaya dana guna menyediakan pembiayaan dengan suku bunga yang kompetitif.

Adapun di antara perusahaan yang menghentikan penerbitan obligasi juga ada nama-nama besar seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA).

PLN menghentikan sisa penerbitan obligasi senilai Rp80,41 miliar yang merupakan bagian dari penerbitan obligasi berkelanjutan III dengan target dana Rp16 triliun dan sukuk ijarah berkelanjutan III Rp4 triliun.

Dari catatan itu, PLN tidak merealisasikan seluruh target dana obligasi berkelanjutan III. Artinya, PLN hanya menerbitkan emisi senilai Rp15,92 triliun.

Menurut Corporate Secretary PLN Adi Setiawan, tidak tercapainya target dana yang dihimpun disebabkan kondisi pasar dan rata-rata penerbitan obligasi berkelanjutan PLN adalah Rp2,84 triliun. Meski begitu, PLN berencana menerbitkan obligasi baru yakni obligasi berkelanjutan IV pada tahun ini.

Sementara BCA, menghentikan penerbitan obligasi senilai Rp500 miliar yang merupakan bagian dari obligasi subordinasi berkelanjutan I dengan target dana Rp1 triliun. Sehingga, perseroan telah merealisasikan penerbitan obligasi Rp500 miliar.

Mengenai keputusan itu, manajemen BCA beralasan, pihaknya memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,8%. Sebagian dari itu bahkan merupakan tier I capital sebesar 22,8%. Selain itu, BCA juga punya loan to deposit ratio (LDR) 80,5% dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 276,3%.

Beberapa nama lainnya adalah PT Tower Bersama Infastructure Tbk. (TBIG) yang kehabisan waktu untuk merealisasikan sisa obligasi Rp3,51 triliun dari target Rp7 triliun. Kemudian PT Serasi Autoraya Tbk. (SERA) dengan nilai emisi yang batal terbit Rp1,5 triliun dari target Rp2 triliun karena alasan kondisi pasar dan kebutuhan modal kerja yang tercukupi.

Juga ada PT Batavia Prosperindo Finance Tbk. (BPFI) yang baru merealisasikan obligasi Rp500 miliar dari target Rp650 miliar. Perseroan membatalkan sisa emisi Rp150 miliar karena kondisi pasar yang tidak mendukung dan periode penerbitan yang berakhir pada 4 Juni 2020. (SKO)

Berikut Daftar Emiten yang Batal Emisi Obligasi:

  1. PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN): Rp23 miliar
  2. PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN): Rp14,59 triliun
  3. Eximbank (LPEI): Rp14,43 triliun
  4. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN: Rp80,41 miliar
  5. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA): Rp500 miliar
  6. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG): Rp3,51 triliun
  7. PT Serasi Autoraya Tbk. (SERA): Rp1,5 triliun
  8. PT Batavia Prosperindo Finance Tbk. (BPFI): Rp150 miliar