Pusat Konvensi Nasional China menjelang Forum Belt and Road (Reuters/Edgar Su)
Dunia

Jalan Terjal 10 Tahun Inisiatif Sabuk dan Jalan China

  • Skeptisisme negara-negara Barat terhadap pilar ambisi Presiden Xi Jinping untuk memperluas pengaruh global China berasal dari kegagalan China dalam menghilangkan kekhawatiran terkait niatnya. Barat juga berpikir apakah infrastruktur tersebut benar-benar akan mengisi kekosongan yang ada.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Sepuluh tahun yang lalu, ketika China meluncurkan Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative), mereka mengumumkan rencana pengeluaran infrastruktur besar-besaran yang akan menghubungkan mereka dengan Eropa. 

Bahkan hingga tahun 2019, Menteri Keuangan Inggris pada saat itu mengatakan inisiatif itu memiliki potensi besar untuk menyebarluaskan kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan.

Sepuluh tahun berlalu, pemimpin tertinggi Uni Eropa yang diharapkan hadir dalam KTT Belt and Road (BRI) ketiga pekan ini hanyalah pemimpin populis dari Hungaria, Viktor Orban. Dia akan bergabung dengan tamu-tamu lainnya, termasuk Vladimir Putin dari Rusia dan seorang menteri dari Taliban Afghanistan.

Skeptisisme negara-negara Barat terhadap pilar ambisi Presiden Xi Jinping untuk memperluas pengaruh global China berasal dari kegagalan China dalam menghilangkan kekhawatiran terkait niatnya.  Barat juga berpikir apakah infrastruktur tersebut benar-benar akan mengisi kekosongan yang ada.

Keraguan Barat semacam ini bersamaan dengan kepemimpinan tegas Xi dan memperburuknya hubungan dalam hal perdagangan, hak asasi manusia, COVID-19, dan Taiwan. Italia, satu-satunya negara dalam Grup Tujuh yang bergabung dalam skema ini, kini tengah mencari cara untuk keluar.

“Kembali ke tahun 2013, China benar-benar berkuasa. Xi Jinping memperkirakan keuntungan besar dari perluasan perusahaan China ke seluruh dunia. Tetapi, sejumlah guncangan serius benar-benar mempengaruhi jangkauan dan cakupan Inisiatif Belt and Road,” kata Matthew Erie dari Universitas Oxford.

Erie mengatakan, guncangan tersebut termasuk perang dagang dengan Amerika Serikat, invasi Rusia ke Ukraina, dan pandemi. Analis lain menyatakan, perlambatan ekonomi baik di China maupun secara global, serta kenaikan harga komoditas, juga telah menghantui inisiatif ini.

Dihadapkan dengan tantangan-tantangan seperti itu, Xi berupaya menjadikan Inisiatif Belt and Road lebih kecil dan lebih ramah lingkungan. Xi juga beralih dari proyek-proyek besar seperti bendungan ke proyek-proyek berbasis teknologi tinggi seperti keuangan digital dan platform e-commerce.

Tujuannya adalah untuk mendukung dorongan yang lebih luas menuju tatanan dunia yang multipolar dan memberikan lebih banyak kekuatan kepada negara-negara di global south, daripada tatanan yang dikuasai oleh Washington dan sekutunya.

China kadang-kadang merasa tersinggung oleh kritik terhadap Inisiatif Belt and Road. Mereka menilai kritik tersebut mengandung prasangka anti-China dan berupaya untuk mengendalikan kemajuan China, sementara mengabaikan niat baik yang sebenarnya.

China menyatakan, lebih dari 130 negara akan hadir pekan ini, terutama dari Amerika Latin dan Afrika. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, banyak yang mengirimkan menteri daripada kepala negara.

Pada Senin, sebuah hotel di pusat Beijing menjadi tuan rumah delegasi dari Rusia, Kazakhstan, dan Kongo dipenuhi dengan kegiatan, lobi hotel dihias dengan pameran produk-produk Inisiatif Belt and Road serta dijaga oleh detektor logam di pintu masuknya.

Masalah yang Tidak Dapat Diatasi

Menurut data dari lembaga pemikir American Enterprise Institute, lebih dari US$90 miliar investasi komersial China dalam proyek-proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan menghadapi masalah yang tak dapat diatasi.

Masalahnya berkisar dari pembatalan langsung hingga penundaan yang tidak terbatas, terutama disebabkan oleh persyaratan politik dan kesalahan oleh perusahaan China.

“Dari perspektif China, masalah terbesar adalah mereka menyadari bahwa mereka sekarang membawa beban utang yang sangat besar di negara-negara berkembang yang akan kesulitan membayar kembali,” kata Raffaello Pantucci dari S.Rajaratnam School of International Studies di Singapura.

Ini adalah salah satu alasan inisiatif ini menyusut dan lebih berfokus pada kualitas daripada kuantitas, kata para analis. Tetapi BRI juga lebih fokus pada isu-isu seperti perdamaian, perubahan iklim, krisis energi, dan kecerdasan buatan, di antara banyak bidang lainnya, menurut buku putih pemerintah China yang dirilis pekan lalu.

Ruby Osman, pakar China di Tony Blair Institute for Global Change, mengatakan KTT itu akan memberi China kesempatan untuk memamerkan beberapa inisiatif global yang telah diluncurkan Xi selama dua tahun terakhir.

Secara khusus, ia menunjuk pada Inisiatif Pembangunan Global, program senilai US$10 miliar yang dimulai pada tahun 2021 untuk mempromosikan pembangunan sosial dan ekonomi, serta skema serupa yang difokuskan pada keamanan dan peradaban.

“Inisiatif yang saling mendukung seperti ini adalah cara bagi Beijing untuk membagikan konsep tata kelola China, mencapai kesepakatan tentang norma-norma China, serta memulai ekspor elemen-elemen dari model pembangunan China,” kata Osman.

Perubahan fokus BRI terlihat dari tawaran bantuan China dalam beberapa bulan terakhir ke Argentina, dengan menggandakan jumlah yang dapat diakses melalui jalur pertukaran mata uang menjadi hampir US$10 miliar sebagai dorongan terhadap cadangan mata uang asingnya yang semakin menipis, dan memungkinkannya untuk membayar kembali utang Dana Moneter Internasional dan membeli impor.

Pekan lalu, Beijing setuju untuk merestrukturisasi ulang utang yang dimiliki oleh Sri Lanka dan Zambia, dalam apa yang tampaknya menjadi upaya terbaru untuk menunjukkan kebaikan hati kepada negara-negara berkembang.

Wang Huiyao, presiden lembaga think tank Center for China and Globalization, mengatakan BRI telah sangat mendorong kesadaran global tentang defisit infrastruktur. “Ini tidak sempurna, tetapi ini adalah sebuah proses, dan orang-orang secara bertahap menyadari ini sangat penting, kita perlu membangun infrastruktur. Dan menurut saya, pentingnya hal tersebut mulai diakui,” ujar Wang.