Pesawat Garuda saat melakukan perawatan di GMF Bandara Soekarno Hatta Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Jalan Terjal Garuda Indonesia Kembalikan Masa Kejayaan Angkut Puluhan Juta Penumpang per Tahun

  • Jumlahnya turun menjadi 31,89 juta penumpang atau merosot 17,03% pada tahun 2019 dan anjlok hingga 66% pada tahun 2020 sebagai imbas dari pandemi COVID-19 dengan jumlah penumpang sebanyak 10,81 juta orang.
Korporasi
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Pada periode 2010-2021, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat tren penumpang yang terus meningkat hingga tahun 2018 sebelum turun drastis pada tahun 2020.

Tren penumpang pesawat Garuda mencapai puncaknya pada 2018 dengan jumlah 38,44 juta orang. 

Namun, jumlahnya turun menjadi 31,89 juta penumpang atau merosot 17,03% pada 2019 dan anjlok hingga 66% pada 2020 sebagai imbas dari pandemi COVID-19 dengan jumlah penumpang sebanyak 10,81 juta orang.

Sinyal pemulihan terlihat pada tahun 2021 dengan pertumbuhan 1,45% secara tahunan (year-on-year/yoy), namun jumlahnya masih terlampau jauh dibandingkan sebelum pandemi.

Kenaikan jumlah penumpang pada tahun 2021 sebagian besar dikontribusi oleh pertumbuhan jumlah penumpang Citilink yang frekuensinya bertambah 16,26% dibanding tahun sebelumnya.

Pada 2021, jumlah penumpang pesawat Citilink mencapai 7,52 juta orang, penumpang domestik Garuda 3,33 juta orang, dan pesawat internasional 110 ribu orang.

Perbaikan kinerja Garuda

Selain mulai menunjukkan sinyal pemulihan pada tren penumpang, Garuda Indonesia juga mencatat perbaikan kinerja pada kuartal I-2022. Sinyal baik ditunjukkan oleh kerugian perusahaan yang susut menjadi US$224,66 juta atau setara dengan Rp3,33 triliun dalam asumsi kurs Rp14.860 perdolar Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, pada periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan mencatat kerugian sebesar US$384,34 juta (Rp5,71 triliun). 

Perbaikan ini diiringi dengan berkurangnya beban usaha perseroan pada kuartal I-2022, misalnya beban operasional penerbangan yang turun 23,3% menjadi US$300 juta (Rp4,46 triliun) dari US$392,25 juta (Rp5,82 triliun) dibanding periode yang sama sebelumnya. 

Meski kerugian sudah mengalami penurunan, pendapatan Garuda Indonesia belum sepenuhnya membaik. Per kuartal I-2022, perseroan mencatat pendapatan sebesar US$350,15 juta (Rp5,2 triliun) atau turun 0,82% sementara pada periode yang sama tahun 2021, nilainya sebesar US$353,07 juta (Rp5,24 triliun).