Jalur KRL Jadi Pertimbangan Penting Membeli Properti di Jabodetabek
- Memiliki properti menjadi hal yang perlu banyak pertimbangan salah satunya kemudahan akses transportasi. Tak jarang banyak orang memutuskan memiliki properti dekat jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek. Bagaimana sejauh ini properti di sekitar jalur Jabodetabek?
Properti
JAKARTA - Membeli properti memerlukan banyak pertimbangan. Salah satunya kemudahan akses transportasi. Tak jarang banyak orang memutuskan memiliki properti dekat jalur Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek. Bagaimana sejauh ini properti di sekitar jalur Jabodetabek?
Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, mengatakan, untuk pengembangan properti sarana transportasi KA memang menjadi kebutuhan. Khususnya untuk target market menengah ke bawah (middle to low), Ini untuk melancarkan kegiatan sehari-hari mereka.
“Karena semakin baiknya jaringan KA dan jadwal ketersediaan KA yang ada hampir setiap jam menghindari kemacetan dari dan ke rumah mereka,” katanya.
Sedangkan untuk golongan perumahan menengah ke atas umumnya menggunakan kendaraan pribadi, kedekatan dengan jalan toll menjadi keharusan," katanya kepada TrenAsia.com pada Rabu, 30 Oktober 2024.
- Bank BJB Catatkan Laba Konsolidasi Rp1,7 Triliun pada Kuartal III
- Kilas Balik Perseteruan Tom Lembong dengan Luhut Soal Hilirisasi
- Profil Direktur Utama BRI Sunarso: Biodata dan Deretan Prestasi
Bambang menyebut, REI Indonesia sebagai pengembang turut menjadi mitra dalam pengembangan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Berdasarkan data REI Indonesia di tahun 2023, REI berkontribusi hampir 200 ribu perumahan untuk MBR.
Bambang mencontohkan, salah satu yang merupakan pengembangan rumah sebagian besar untuk MBR adalah proyek kota Maja. Hal ini diakui REI Indonesia terdiri dari kumpulan developer besar samapi dengan kecil yang menjadi syarat utamanya adalah akses yang mudah untuk masyarakat.
Program 3 Juta Rumah
Program 3 juta rumah per tahun era Presiden Prabowo Subianto diyakini dapat mengurangi persoalan kesenjangan angka kebutuhan rumah atau backlog perumahan. Bambang Ekajaya, mengatakan, bahkan jika 3 juta rumah dapat terbangun per tahun maka hingga kepemimpinan Prabowo berakhir ada 15 juta rumah tersedia.
"Saat ini backlog perumahan ada sebanyak 9.9 juta sedang kebutuhan tambahan pertahun 500.000 sampai dengan 600.000 rumah baru. 5 tahun x 3 juta = 15 juta, artinya di akhir periode Prabowo kebutuhan rumah sudah terpenuhi,"katanya kepada TrenAsia.com pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Di mana pembangunannya tak mungkin hanya ditangani oleh pemerintah melalui BUMN namun perlu juga dukungan pengembang swasta yang ada dalam satu sinergi.
Bambang menyebut, dengan lebih dari 60% penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa, kebutuhan utama pembangunan program ini baiknya dilakukan di Pulau Jawa.
Adapun sebelumnya, adik sekaligus Ketua Satgas Perumahan Presiden terpilih Prabowo, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan, 3 juta rumah itu terdiri dari 1 juta unit rumah di perkotaan yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 2 juta rumah di pedesaan (dimana 1 juta rumah di antaranya di wilayah pesisir).
"Tetapi dengan adanya REI adanya 39 DPD REI di seluruh Indonesia, kami membangun dari Aceh sampai dengan Papua,"lanjutnya