<p>lipi.go.id</p>
Gaya Hidup

Jangan Asal Tuduh, Bogor Bukan Biang Keladi Banjir Jakarta

  • JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menegaskan penyebab banjir Jakarta bukan karena kiriman dari Bogor. M. Fakhruddin, Peneliti Hidrologi Puslit Limnologi LIPI menjelaskan dalam jumpa pers (07/01), “Alasan pertama adalah Jakarta berada di dataran rendah. Selain itu [erubahan iklim menyumbang pada meningkatnya curah hujan.” Tercatat, curah hujan di Jakarta mencapai 377 mm per hari, […]

Gaya Hidup

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menegaskan penyebab banjir Jakarta bukan karena kiriman dari Bogor.

M. Fakhruddin, Peneliti Hidrologi Puslit Limnologi LIPI menjelaskan dalam jumpa pers (07/01), “Alasan pertama adalah Jakarta berada di dataran rendah. Selain itu [erubahan iklim menyumbang pada meningkatnya curah hujan.”

Tercatat, curah hujan di Jakarta mencapai 377 mm per hari, angka ini menjadi yang tertinggi sejak 2007 dengan angka 340 mm. Selain faktor curah hujan, Jakarta mengalami penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah secara besar-besaran dan pembangunan gedung pencakar langit.

Penurunan permukaan tanah di Jakarta mencapai kurang lebih 7,5 cm per tahun sejak 1975. Semakin rendahnya muka tanah membuat banyaknya lahan yang berada di bawah permukaan laut, yang berarti sekitar 30 persen sampi 50 persen akan banjir dari air laut.

Pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia mengakibatkan es di kutub meleleh dan membuat permukaan air laut naik. Dampaknya, banyak daerah terutama kepulauan kecil yang sudah dan akan terancam tenggelam.

Salah satu yang diprediksi tenggelam adalah Jakarta dengan dinamikanya sebagai kota metropolitan. Tidak hanya di Jakarta, seluruh kota metropolitan di seluruh dunia menghadapi hal yang sama, yakni urbanisasi.

“Semakin urbanisasi semakin dia lupa untuk memerhatikan aspek lingkungan hidup. Artinya betonisasi, aspalisasi, membuat air semakin lama hilang di permukaan dan membuat rawan banjir,” ungkap Galuh Syahbana, Peneliti Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen

Sampai 2019, pertumbuhan gedung tinggi di Jakarta terus meningkat. Menurut data The Skyscraper Center, jumlah gedung bertingkat di ibu kota Jakarta saat ini mencapai 382 gedung. Sebagian besar atau 42 persen dari gedung-gedung pencakar langit memiliki ketinggian di atas 150 meter umumnya digunakan untuk perkantoran.