Jangan Investasi ke Produksi Baterai Listrik Saja, Tapi Juga Daur Ulangnya
JAKARTA – Pemerintah tengah menggenjot investasi di sektor pengembangan baterai untuk kendaraan listrik. Negara ini ingin menjadi salah satu pemain utama dalam sektor industri kendaraan listrik dunia. Meski begitu, Direktur Industri Logam Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Budi Susanto mengatakan investasi yang diinginkan tak hanya berhenti pada produksi baterai saja namun juga sampai ke tahap daur […]
Industri
JAKARTA – Pemerintah tengah menggenjot investasi di sektor pengembangan baterai untuk kendaraan listrik. Negara ini ingin menjadi salah satu pemain utama dalam sektor industri kendaraan listrik dunia.
Meski begitu, Direktur Industri Logam Ditjen ILMATE Kementerian Perindustrian, Budi Susanto mengatakan investasi yang diinginkan tak hanya berhenti pada produksi baterai saja namun juga sampai ke tahap daur ulang.
“Usia baterai listrik bisa mencapai 10-15 tahun. Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas recycling (daur ulang) untuk memperoleh nilai tambah baru,” kata Budi dalam keterangan resmi, Senin, 9 November 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Lebih lanjut Budi menyampaikan penguasan teknologi mutlak dikuasi jika Indonesia mau jadi produsen baterai kendaraan listrik. Sebab, Indonesia memiliki sumber bahan baku penyusun baterai lhitium seperti nikel, cobalt, mangan, alumunium, dan ferrum yang cukup melimpah.
“Ini merupakan kunci utama bagi Indonesia untuk menciptakan keunggulan yang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen kendaraan listrik lainnya,” tambahnya.
Maka dari itu, penguasaan teknologi daur ulang sudah semestinya dirancang sejak sekarang. Seperti hydrometalurgi dan juga penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI )dan robotik termasuk kemampuan baru dalam pemrosesan baterai listrik.
Ia memaparkan bahwa baterai listrik terdiri dari cell, modul dan pack yang masing masing diikat kuat oleh perekat yang membutuhkan keahlian khusus mengingat prasarat safety dan treatment baterai listrik berbeda dengan treatment baterai non-lithium.
“Setiap cell atau modul, dan pack berbeda bentuk, ada yang silinder atau prismatik. Semuanya berbeda tipe di setiap mobil listrik,” tuturnya.
Mengingat kompleksitas proses daur ulang baterai listrik, diperlukan penggunaan teknologi modern dalam proses tersebut. Di mana AI dan robotik menjadi diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam proses daur ulang sehingga potensi kecelakaan menjadi berkurang.
Selain itu, proses daur ulang dapat meningkatkan pemanfaatan material, baik lithium dan mangan yang berupa carbonat dan nikel serta cobalt berupa sulfat yang dapat diperoleh dengan maksimal. Sehingga proses circular ekonominya dapat mencapai titik optimal.