Photo by Andrew Neel: https://www.pexels.com/photo/photo-of-man-leaning-on-wooden-table-3132388/
Gaya Hidup

Jangan Percayai 3 Keyakinan Ini, Agar Hidup Anda Tidak Nelangsa

  • pikiran dan keyakinan manusia sangatlah fleksibel. Kita dapat merubah pemikiran kita kapan saja kita mau.

Gaya Hidup

Rumpi Rahayu

JAKARTA - Sifat alami manusia adalah selalu ingin tahu. Sayangnya, di tengah proses memahami pengalaman-pengalaman hidup ini kita kerap terjebak dalam pemikiran megatif yang tidak berdasar.

Contohnya adalah membesar-besarkan makna kejadian secara negatif, melabeli diri sendiri dengan kata-kata yang buruk, hingga berusaha sangat keras untuk mengubah hal-hal yang ada di luar kendali kita.

Kabar baiknya, pikiran dan keyakinan manusia sangatlah fleksibel. Kita dapat merubah pemikiran kita kapan saja kita mau.

Jeffrey Nevid, Ph.D seorang psikologis spesialisasi CBT di New York memaparkan 3 keyakinan buruk yang sebaiknya segera kita ubah agar hidup kita tidak nelangsa dari hari ke hari

1. Dunia harus memahami Saya, jika tidak Saya harus kesal dan marah

Kita hidup di dunia yang sangat luas dan tentu saja banyak hal-hal di kehidupan nyata yang mungkin membuat kita kecewa, frustrasi, hingga gagal memenuhi harapan yang telah kita buat.

Terkadang mungkin kita merasa kesal dan marah karena merasa menjadi yang paling benar.

Maka cobalah untuk mulai memahami bahwa semua orang tidak melulu harus memperdulikan kita. PR kedua yang tak kalah pentingnya adalah menyadari bahwa satu-satunya hal yang dapat kita kontrol adalah bagaimana kita bertindak untuk orang lain, bukan bagaimana orang lain bertindak kepada diri kita.

2. Saya hanya akan bahagia ketika ....

Menempatkan kebahagiaan pada peristiwa yang akan terjadi di masa depan artinya menempatkan kesejahteraan emosional Anda pada hal-hal di luar kendali Anda.

Salah satu klien Navid, seorang wanita berusia 40-an awal yakin bahwa kebahagiaannya tidak akan datang sampai ia bisa memperbaiki suaminya melawan alkoholisme seumur hidup.

Akhirnya ia terus menunggu dan menunggu untuk hari yang sayangnya tidak pernah datang.

Navid juga menambahkan bahwa kita dapat mencari kebahagiaan dengan memaksimalkan apa yang kita miliki dengan menjalani hari-hari penih makna.

3. Saya tidak cukup baik

Dalam kebanyakan kasus, perasaan tidak mampu dimulai sejak masa kanak-kanak. Ketika seorang anak mulai berpikir bahwa mereka tidak secerdas, semenarik, berharga atau kompeten seperti anak-anak lain.

Pandangan negatif dalam diri ini akan menyatu. Seorang tokoh psikoanalitik Alfred Adler bahkan membuat istilah untuk menyebut fenomena ini yaitu kompleks inferioritas.

Wajib Anda waspadai, suara-suara negatif ini biasanya menggemakan kata-kata dari orang tua, guru, hingga teman masa kecil. Jika Anda menghukum diri sendiri karena merasa tidak cukup baik, ingatkan pada diri Anda bahwa pikiran Anda tidak memiliki kuasa atas Anda.

Cobalah untuk berbicara menggunakan suara hati Anda dengan bersikap seolah-olah Anda sedang menasihati orang lain yang terganggu oleh pikiran-pikiran negatif seperti yang muncul di pikiran Anda.