January Effect Bubar, IHSG Anjlok Terlempar dari Level Psikologis 6.000
Pada akhir sesi perdagangan Kamis, 28 Januari 2021, IHSG ditutup anjlok ke level 5.979,39 atau turun 2,12%. Bahkan, IHSG tercatat nyaris sama dengan posisi akhir 2020 atau hanya naik 0,01% year-to-date (ytd).
Pasar Modal
JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabung (IHSG) harus kembali terkoreksi setelah mengalami pelemahan sejak Kamis pekan lalu. Indeks komposit pun harus keluar dari level psikologis 6.000 sekaligus menandakan usainya January Effect.
January Effect (Efek Januari) adalah suatu kepercayaan saat harga saham cenderung naik pada bulan Januari. Efek kalender ini menciptakan kesempatan bagi investor saham untuk membeli saham pada harga lebih rendah sebelum Januari dan menjualnya setelah harga sahamnya naik.
Pada akhir sesi perdagangan Kamis, 28 Januari 2021, IHSG ditutup anjlok ke level 5.979,39 atau turun 2,12%. Bahkan, IHSG tercatat nyaris sama dengan posisi akhir 2020 atau hanya naik 0,01% year-to-date (ytd). Saham-saham di sektor pertambangan, infrastruktur, industri dasar, dan properti menjadi dalang utama penekanan pada IHSG.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Saat IHSG terperosok, investor asing justru membukukan aksi beli bersih alias net buy sebesar Rp52,49 miliar. Aksi ini membuat capaian net buy investor asing sejak awal tahun menebal menjadi Rp11,86 triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor domestik yang lebih banyak melakukan aksi jual pada perdagangan hari ini.
Kepala riset PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI), Lanjar Nafi menyatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini.
Di antaranya, tingginya kasus infeksi COVID-19 di Indonesia yang terus meningkat, dan adanya ketidakseimbangan portofolio di masa penyesuaian bobot beberapa indeks klasifikasi baru.
“Hingga terbawa arus pesimistis indeks saham global menjadi faktor-faktor utama anjloknya IHSG,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Kamis 28 Januari 2021.
Selain IHSG, mayoritas indeks saham di Asia juga ditutup melemah. Bahkan, indeks Hang Seng dan CSI300 turun signifikan diiringi ekuitas global yang terkoreksi dalam dari Wall Street hingga Eropa.
Banyaknya kekhawatiran terhadap laporan pendapatan perusahaan yang di bawah ekspektasi membuat overvalue ekuitas-ekuitas global menjadi salah satu faktor.
Senada dengan anjloknya pasar modal dalam negeri, nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan sebesar 28 poin atau 0,20% ke level Rp14.119 per dolar Amerika Serikat. Sedangkan di pasar spot, kurs rupiah turun 0,11% atau 15 poin pada Rp14.050 per dolar AS. (SKO)