Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di perairan Banten. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Energi

Jauh Panggang dari Api, Batu Bara Masih Sumbang 88 Persen Pendapatan Indika Energy

  • 88,90% dari total pendapatan Indika Energy masih berasal dari penjualan batu bara

Energi

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Dua tahun jelang deadline, target pendapatan 50% PT Indika Energy Tbk (INDY) dari bisnis non batu bara pada 2025 rupanya masih jauh panggang dari api. 

Berdasarkan laporan keuangan yang berakhir 30 September 2023, 88,90% dari total pendapatan masih berasal dari penjualan batu bara. Catatan 37 laporan keuangan mengungkap, tambang batu bara emiten yang digawangi Arsjad Rasjid ini menghasilkan US$2,04 miliar pada periode Januari – September 2023.

Meski masih mendominasi, pendapatan dari emas hitam ini berkurang 28% dari periode yang sama tahun 2022 senilai US$2,83 miliar. Penjualan ke luar negeri tercatat sebesar US$1,68 miliar, turun dari semula US$2,43 miliar.

Sementara itu, penjualan batu bara di dalam negeri menghasilkan pendapatan senilai US$357,13 juta, menyusut dari sebelumnya US$399,77 juta.

Terlepas dari realisasi yang masih jauh dari target, INDY terbilang cukup gencar berekspansi di bisnis non batu bara. Sebagaimana diketahui, bisnis INDY terbagi atas dua segmen utama yaitu energi dan kepemilikan portofolio.

Pada segmen energi, Indika Energy memiliki usaha pertambangan batu bara yang mana menjadi inti bisnis perseroan. Selain itu, INDY juga menyediakan jasa teknik, pengadaan material dan pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan serta logistik.

INDY juga bergerak di bidang infrastruktur energi. Di mana INDY menggarap proyek pembangkit listrik (PPL) berkapasitas 660 megawatt yang terletak di Cirebon, Jawa Barat (CEP) dan PPL berkapasitas 1.000 megawatt di Cirebon (CEPR).

Segmen utama yang kedua adalah kepemilikan portofolio lainnya. Di segmen ini ada logistik dan infrastruktur pertambangan batu bara.

Lalu ada mineral, yang bergerak di bidang pertambangan bijih bauksit dan industri pembuatan logam dasar bukan besi. Kemudian, INDY mulai menjajal peruntungan lewat bisnis kendaraan listrik roda 2 dan 4. Terakhir, ada ventura digital yang bergerak di bidang teknologi informasi dan keamanan siber. 

Kinerja Bisnis Non Batu Bara

1. Mineral

Dari sekian banyak diversifikasi bisnis yang dilakukan, bisnis tambang bijih bauksit dan industri logam dasar membukukan peningkatan kinerja yang paling agresif. Hingga September 2023, bisnis ini mampu menggandakan pendapatan hingga 554,86% jadi US$21,82 juta dari sebelumnya hanya US$3,32 juta.

2. Kendaraan Listrik

Pada bisnis ini, perseroan mendapatkan setoran pendapatan sebesar US$10,64 juta, tumbuh dari sebelumnya US$6,38 juta. Bisnis yang kini tengah naik daun ini mendapat respons positif dari pemberi modal.

Pada awal Oktober lalu anak usaha INDY, PT Energi Makmur Buana (INVI) mendapatkan fasilitas kredit hijau dari PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) senilai US$20 juta atau setara Rp311 miliar. (Kurs, Rp15.555 per satu dolar). 

3. Ventura Digital

Sayangnya, usaha ventura digital Indika Energy mencatatkan penurunan pendapatan menjadi US$4,25 juta dari semula US$6,15 juta.

4. Logistik dan infastruktur

Lini usaha ini mampu meningkatkan pendapatan dari US$25,35 juta menjadi US$34,21 juta. 

5. Jasa energi

Terakhir, bisnis jasa energi juga termasuk yang termasuk mengalami penurunan pendapatan. Jika pada September 2022 bisnis ini mampu menghasilkan US$215,29 juta, maka periode ini nilainya susut jadi US$184,09 juta.