<p>Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dengan iradiasi energi matahari rata-rata 4,80 kWh/m2/ hari. Sehingga energi matahari menjadi pilihan yang baik sebagai alternatif sumber energi. / Bumn.go.id</p>
Nasional

Jauh Panggang dari Api, Realisasi Program 1 Juta PLTS Masih Rendah

  • JAKARTA – Tiga tahun pascadeklarasi program Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sudah ada pertumbuhan meski masih jauh dari target yakni 1 juta unit pada 2023. Saat ini, pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang sudah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya mencapai 2.346 pelanggan, terbagi […]

Nasional

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Tiga tahun pascadeklarasi program Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat sudah ada pertumbuhan meski masih jauh dari target yakni 1 juta unit pada 2023.

Saat ini, pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN yang sudah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya mencapai 2.346 pelanggan, terbagi atas rumah tangga, industri, dengan total kapasitas 11,571 megawatt (MW).

“Sudah lumayan, ada 1.300 pelanggan baru sejak dirilis Desember 2018,” kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris dalam diskusi virtual, Rabu, 16 September 2020.

Jika dilihat peta sebarannya, pelanggan terbanyak berada di Jakarta dengan 703 pelanggan, disusul Jawa Barat (652), dan Banten (544).

Untuk mengakselarasi penggunaan PLTS, Kementerian ESDM sudah memiliki Permen ESDM 49/ 2018 yang mengatur tentang PLTS Atap. Di mana aturan ini telah direvisi sebanyak dua kali yaitu Permen ESDM 13/2019 dan Permen ESDM 16/2019.

“Jadi tiga regulasi ini untuk mendorong PLTS atap dilakukan dengan optimal,” tambah Harris.

Tren EBT

Menurut data Kementerian ESDM, tren energi baru terbarukan (EBT) saat ini adalah surya (tenaga matahari) dan angin. Jika ditarik mundur ke 10 tahun lalu, Harris mengatakan terjadi perubahan signifikan terhadap paradigma yang menyebut bahwa PLTS itu mahal.

Nyatanya, PLTS merupakan pembangkit listrik yang paling murah di dunia, sekitar 1,35 sen per kWh. “Ini jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangkit listrik lain seperti dari fosil,” kata dia.

Bahkan jika dibandingkan dengan harga batu bara yang notabene di Indonesia dibebaskan biaya karbon, biaya PLTS masih tercatat lebih murah. Karenanya, pemerintah terus mengarahkan EBT khususnya surya dan angin bisa berakselarasi dengan tren saat ini.

Sebagaimana diketahui, Indonesia terikat komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dalam Paris Agreement. Adapun target energi terbarukan nasional sebesar 23% pada 2025 dan 29% pada 2030.

Rinciannya, emisi karbon di sektor kehutanan ditargetkan turun 17,2%, sektor energi 11%, sektor limbah 0,32%, sektor pertanian 0,13%, serta sektor industri dan transportasi 0,11%. (SKO)