Ilustrasi kredit perbankan.
Perbankan

Jawa dan Sumatera Masih Jadi Kantong Utama Kredit Perbankan

  • Pertumbuhan kredit di Jawa melonjak signifikan sebesar 13,32% secara tahunan (year-on-year/yoy), meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 7,98%. Sementara itu, Sumatera juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan kredit dari 5,05% menjadi 7,56% yoy.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Distribusi kredit perbankan di Indonesia pada Triwulan II-2024 masih menunjukkan dominasi wilayah Jawa dan Sumatera. Menurut laporan Surveillance Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi kredit di Jawa mencapai 68,73%, sementara Sumatera menyumbang 13,42%. 

Pertumbuhan kredit di Jawa melonjak signifikan sebesar 13,32% secara tahunan (year-on-year/yoy), meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 7,98%. Sementara itu, Sumatera juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan kredit dari 5,05% menjadi 7,56% yoy.

Provinsi DKI Jakarta menjadi pusat utama penyaluran kredit di Jawa dengan porsi 47,96%. Pertumbuhan kredit di wilayah ini naik dari 7,86% menjadi 19,31% yoy, setara dengan peningkatan nominal sebesar Rp398,97 triliun. 

Lonjakan ini didukung oleh sektor perantara keuangan yang tumbuh 29,42% yoy. Selain itu, Provinsi Jawa Barat mencatatkan kontribusi signifikan dengan porsi 18,74% dan pertumbuhan kredit sebesar 11,35% yoy, naik dari 6,95% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan yang tumbuh luar biasa sebesar 77,87% yoy.

Sumatera: Sumut dan Sumsel Jadi Motor Penggerak

Di Sumatera, Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan memimpin dengan porsi masing-masing 26,71% dan 16,67%. Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan kredit positif sebesar 8,22% yoy setelah sebelumnya terkontraksi -2,44%. Sektor industri pengolahan menjadi penopang utama dengan kenaikan nominal Rp6,46 triliun.

Sementara itu, Sumatera Selatan menunjukkan peningkatan kredit sebesar 12,53% yoy dengan kenaikan nominal Rp18,64 triliun. Sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan menjadi motor utama pertumbuhan, melonjak dari 3,79% menjadi 18,12% yoy.

Kredit di Wilayah Lain: Tren Beragam

Sulawesi: Industri Pengolahan Jadi Andalan

Pulau Sulawesi mencatat pertumbuhan kredit sebesar 11,98% yoy, meningkat dari 9,64% pada tahun sebelumnya. Provinsi Sulawesi Selatan mendominasi dengan porsi 43,90%, mencatat pertumbuhan 9,52% yoy. Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh sektor rumah tangga yang naik Rp5,86 triliun.

Provinsi Sulawesi Tengah juga menunjukkan performa kuat dengan pertumbuhan kredit 23,67% yoy, lebih tinggi dibandingkan Juni 2023 sebesar 18,71%. Sektor industri pengolahan, khususnya subsektor logam dasar, menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 99,57% yoy.

Baca Juga: Tren Pembiayaan Berkelanjutan Bikin Permintaan Kredit Menurun

Bali dan Nusa Tenggara: Pemulihan Pariwisata Dorong Pertumbuhan

Wilayah Bali dan Nusra mencatat pertumbuhan kredit sebesar 15,70% yoy, naik signifikan dari 4,15% pada tahun sebelumnya. Provinsi Bali, dengan porsi 44,78%, mengalami peningkatan kredit sebesar Rp10,88 triliun, terutama dari sektor penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 11,38% yoy.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga mencatat pertumbuhan tinggi sebesar 26,31% yoy. Peningkatan ini didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 66,67% yoy, dengan kenaikan nominal kredit Rp12,12 triliun.

Papua dan Maluku: Fokus pada Sektor Pertambangan

Wilayah Papua dan Maluku mencatat pertumbuhan kredit sebesar 7,10% yoy, naik dari 5,66% pada Juni 2023. Di Maluku Utara, sektor pertambangan bijih nikel menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan signifikan 582,79% yoy. Namun, di Provinsi Papua, pertumbuhan melambat menjadi 4,06% yoy meskipun ada kenaikan kredit nominal Rp1,65 triliun.

Kalimantan: Perlambatan di Tengah Dominasi Kalimantan Timur

Wilayah Kalimantan mencatat perlambatan pertumbuhan kredit dari 11,77% menjadi 7,69% yoy. Provinsi Kalimantan Timur, sebagai kontributor terbesar dengan porsi 42,60%, mengalami penurunan di sektor pertanian dan perantara keuangan. Sektor pertanian di wilayah ini terkontraksi -4,86% yoy, lebih dalam dari tahun sebelumnya.