Jebakan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen, Tantangan Indonesia untuk Keluar dari Stagnasi
- Dengan tingkat pertumbuhan yang relatif moderat, Indonesia menghadapi tantangan untuk lepas dari stagnasi pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara signifikan.
Makroekonomi
JAKARTA - Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus berada di kisaran 5 persen.
Meskipun stabil, angka ini mulai dianggap sebagai "jebakan" karena tidak cukup untuk mendorong transformasi ekonomi yang lebih besar.
Dengan tingkat pertumbuhan yang relatif moderat, Indonesia menghadapi tantangan untuk lepas dari stagnasi pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara signifikan.
Mengapa Pertumbuhan Ekonomi Stagnan di 5 Persen?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di sekitar angka 5 persen dapat diartikan sebagai kemajuan yang positif, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Namun, tingkat pertumbuhan ini dianggap tidak memadai untuk membawa perubahan signifikan dalam mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan meningkatkan daya saing Indonesia di panggung internasional.
Seperti yang disampaikan Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah, saat memberikan beberapa catatan penting bagi pemerintahan mendatang yang akan dipimpin oleh Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Said menyoroti jebakan pertumbuhan ekonomi di angka 5 persen telah menjadi tantangan yang terus membayangi Indonesia.
"Kita berharap, pemerintah bisa segera melepaskan diri dari jebakan pertumbuhan ekonomi 5 persenan yang telah menghantui kita dalam satu dekade terakhir," ungkap Said Abdullah
Pada pertengahan tahun 2023, Deputi Bidang Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti pernah menyebut pertumbuhan ekonomi yang berkisar 5 persen sebagai sebuah pekerjaan rumah bersama.
“Satu permasalahan kita adalah pertumbuhan ekonomi selama ini berkisar di angka 5 persen saja atau stuck di 5 persen,” terang Amalia dilansir dari Senin 29 Mei 2023 yang lalu.
Faktor Penyebab Stagnasi Pertumbuhan Ekonomi
Keterbatasan Investasi Infrastruktur
Meskipun pemerintah telah meningkatkan belanja infrastruktur, masih ada celah dalam kualitas dan kuantitas pembangunan yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Keterbatasan infrastruktur, terutama di wilayah-wilayah terpencil, menghambat mobilitas barang dan jasa, serta menahan potensi produktivitas.
Produktivitas Tenaga Kerja yang Rendah
Produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih berada di bawah rata-rata negara-negara ASEAN. Pendidikan dan pelatihan yang belum terfokus pada kebutuhan industri mengakibatkan ketidaksesuaian antara keterampilan pekerja dan permintaan pasar. Hal ini membatasi potensi inovasi dan daya saing ekonomi.
“Bahkan jika dibandingkan dengan bagaimana produktivitas kerja kita jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang ada saat ini, kita juga di bawah China,” jelas Amalia.
Ketergantungan pada Sektor Ekstraktif
Perekonomian Indonesia masih terlalu bergantung pada sektor-sektor ekstraktif, seperti pertambangan dan perkebunan, yang memiliki nilai tambah rendah. Diversifikasi sektor ekonomi dan peningkatan kontribusi sektor industri dan jasa yang lebih inovatif masih belum optimal.
Hambatan Regulasi dan Birokrasi
Regulasi yang berbelit-belit dan birokrasi yang lamban masih menjadi penghalang bagi investasi dan pertumbuhan bisnis. Reformasi di bidang ini perlu dipercepat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif bagi pelaku usaha lokal dan asing.
- DPR Waspadai Intervensi Asing di Balik Pasal Diskriminatif Tembakau di PP 28/2024
- Targetkan NZE Sektor Industri Lebih Cepat di 2050, Ini Strategi Menteri Perindustrian
- Emiten Properti Grup Lippo Ini Kantongi Marketing Sales Rp741 Miliar
Dampak Stagnasi Pertumbuhan 5 Persen
Pertumbuhan ekonomi yang terjebak di kisaran 5 persen berdampak pada sejumlah aspek kehidupan masyarakat, antara lain:
Ketidakmampuan Pemerintah Mengurangi Kemiskinan secara Signifikan
Pertumbuhan ekonomi yang moderat tidak cukup untuk mengatasi masalah kemiskinan yang masih tinggi di beberapa wilayah. Banyak masyarakat yang belum merasakan dampak langsung dari pertumbuhan ekonomi, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau bekerja di sektor informal.
Lapangan Kerja Berkualitas Terbatas
Dengan pertumbuhan yang moderat, penciptaan lapangan kerja berkualitas tidak sejalan dengan kebutuhan. Banyak pekerja yang masih terjebak dalam pekerjaan informal dengan upah rendah dan tanpa perlindungan sosial yang memadai.
Peningkatan Ketimpangan
Ketimpangan ekonomi antara kelompok berpenghasilan tinggi dan rendah semakin melebar. Ketiadaan pertumbuhan yang lebih inklusif dan merata menyebabkan sebagian besar keuntungan pertumbuhan hanya dinikmati oleh segelintir kelompok.
- DPR Waspadai Intervensi Asing di Balik Pasal Diskriminatif Tembakau di PP 28/2024
- Targetkan NZE Sektor Industri Lebih Cepat di 2050, Ini Strategi Menteri Perindustrian
- Emiten Properti Grup Lippo Ini Kantongi Marketing Sales Rp741 Miliar
Langkah Keluar dari Jebakan 5 Persen
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dan menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta:
Peningkatan Kualitas SDM
Pemerintah perlu memperkuat program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri masa depan, seperti teknologi informasi, digitalisasi, dan manufaktur canggih. Hal ini akan meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global.
Diversifikasi Ekonomi
Indonesia harus beralih dari ketergantungan pada sektor ekstraktif dan mengembangkan sektor-sektor bernilai tambah tinggi seperti manufaktur, teknologi, dan jasa kreatif. Hal ini akan mendorong pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan inovatif.
Reformasi Regulasi dan Birokrasi
Pemerintah perlu mempercepat reformasi birokrasi untuk menciptakan regulasi yang lebih ramah bisnis dan efisien. Dengan lingkungan usaha yang lebih mendukung, investasi akan lebih mudah masuk dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Penguatan Infrastruktur dan Digitalisasi
Pembangunan infrastruktur fisik dan digital perlu dipercepat agar distribusi barang dan jasa lebih efisien. Akses ke teknologi digital juga akan mendorong inovasi dan membuka peluang ekonomi baru di berbagai sektor.