Gedung Bank Mayapada di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta.
Perbankan

Jejak Biaya Promosi Ratusan Miliar di Bank Milik Dato’ Sri Tahir Selalu Kempes di Akhir Tahun

  • Per 31 Desember 2022 biaya promosi yang dicatatkan Bank Mayapada hanya tersisa Rp48,04 miliar

Perbankan

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) terus menjadi sorotan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengawasi dugaan adanya transaksi janggal di bank ini sejak tahun 2017. Salah satunya adalah kredit macet senilai Rp1,3 triliun kepada Sioeng Group milik konglomerat Ted Sioeng.  

“OJK telah memberikan perhatian terhadap kasus debitur atas nama Ted Sioeng grup sudah cukup lama berdasarkan temuan hasil pemeriksaan OJK di 2017. Bank telah diminta melakukan langkah-langkah penyelasaian," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan (KEPP) OJK, Dian Ediana Rae kepada TrenAsia.com pada pekan lalu (23 Juni 2023).

Membaca kembali laporan keuangan Bank Mayapada tahun 2022, terungkap sejumlah fakta unik dan mengejutkan. Salah satunya adalah besaran biaya promosi yang masuk dalam pos biaya umum dan administrasi.

Dalam catatan 35 dalam laporan keuangan itu, bahwa biaya promosi yang digelontorkan oleh Bank Mayapada pada kuartal I-2022 mencapai Rp158,77 miliar. Angka itu kemudian naik menjadi Rp311,47 miliar per kuartal II-2022.

Pada kuartal III-2022, biaya promosi yang tercatat di laporan keuangan perusahaan ini mencapai senilai Rp408,85 miliar. Anehnya, di akhir tahun 2022 ratusan miliar dana promosi yang telah dikeluarkan oleh bank dan tercatat di laporan keuangan pada tiga kuartal sebelumnya justru mengempis. Per 31 Desember 2022 biaya promosi yang dicatatkan Bank Mayapada hanya tersisa Rp48,04 miliar.

Kempesnya biaya promosi itu ikut berdampak pada besarnya biaya umum dan administrasi yang dicatatkan oleh bank. Per 31 Desember 2022, Bank Mayapada mencatatkan biaya umum dan administrasi sebesar Rp764,31 miliar, lebih rendah dibandingkan kuartal III-2022 yang mencapai Rp889,52 miliar.  

Pola yang Sama

Perubahan angka biaya promosi dalam laporan keuangan Bank Mayapada tersebut rupanya tak hanya terjadi di tahun 2022. Pola kempesnya biaya di pos tersebut juga terjadi dan terlihat dalam laporan keuangan perusahaan pada periode sebelumnya.

Dalam laporan keuangan bank Mayapada kuartal I-2021 yang diunggah di www.idx.co.id, perusahaan ini mencatatkan biaya promosi sebesar Rp169,69 miliar. Biaya tersebut kemudian naik menjadi Rp311,80 miliar pada semester I-2021.

Pada kuartal III-2021 besaran biaya promosi dalam pos umum dan administrasi kembali melonjak mencapai Rp516,85 miliar. Namun di akhir tahun 2021, angka tersebut lagi-lagi kempes menjadi hanya Rp40,18 miliar.

Faktor itulah yang menyebabkan biaya umum dan promosi yang mencapai Rp968,35 miliar di kuartal III, pada 31 Desember 2021 Bank Mayapada mencatatnya hanya sebesar Rp667,93 miliar. Menguap lebih dari Rp300 miliar.

Sejauh ini dilaporan keuangan Bank Mayapada tidak ditemukan penjelasan terkait penyebab turunnya biaya promosi yang demikian besar di akhir tahun.

Di Bank Mayapada, yang dikendalikan oleh Dato’ Sri Tahir alias Ang Tjoen Ming, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Joko Widodo ini, sejatinya bercokol sejumlah bankir top. Salah satunya adalah Thomas Arifin. Wakil Direktur Utama Bank Mayapada ini pernah menjadi Managing Director di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Jakarta (2006-2011), Managing Director di PT Bank OCBCNISP Tbk, Jakarta (2011-2014)

Laporan keuangan tahunan Bank Mayapada tahun 2022 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Kosasih Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo dan rekan (anggota dari Crowe Horwath International). Pada 24 Februari 2022 OJK telah membatalkan surat tanda terdaftar kantor akuntan tersebut. Pembatalan tanda daftar di OJK tersebut merupakan buntut kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha atau Wanaartha Life.