logo
<p>Masjid Al-Aqsa/Wikipedia</p>
Dunia

Jejak Panjang Al Aqsa

  • Setelah melalui perdebatan sejarah antara Palestina dan Israel, UNESCO pada Oktober 2016 lalu mengakui Masjid Al Aqsa sebagai peninggalan peradaban Islam. Israel tidak bisa menerima keputusan tersebut.

Dunia

Amirudin Zuhri

JAKARTA-Pertempuran kembali pecah antara Palestina dan Israel. Ribuan roket ditembakkan pejuang Palestina ke Israel. Sebaliknya Israel juga menggempur wilayah Gaza dengan rudal mereka.

Pemicu utamanya, polisi Israel melakukan kekerasan kepada warga Palestina yang sedang melaksanakan salat di penghujung bulan Ramadan lalu. Al Aqsa memang ditakdirkan akan menjadi sumber konflik antara kedua pihak.

Setelah melalui perdebatan sejarah antara Palestina dan Israel,  UNESCO pada Oktober 2016 lalu mengakui Masjid Al Aqsa  sebagai peninggalan peradaban Islam. Israel tidak bisa menerima keputusan tersebut.

Mereka mengklaim, kota Jerusalem atau Darusalam, di mana Al Aqsa berada, adalah milik leluhur mereka.   Jerusalem memang kota tua yang melintasi banyak peradaban besar dan Bangsa Yahudi menjadi salah satu bangsa yang pernah tinggal di wilayah ini.

Masjid yang kerap menjadi sumber konflik tersebut, menurut Israel didirikan di atas bangunan kuil Sulaiman dan mereka ingin membangunnya lagi. Tempat yang juga dikenal sebagai Haykal Sulaiman dibangun oleh Nabi Sulaiman sekitar tahun 962 SM.

Dalam bahasa Ibrani, rumah suci tersebut bernama Bet Ha Mikdash, sedangkan dalam bahasa Arab disebut dengan nama Bayt al-Muqaddas atau Baitul Maq dis. Haykal tersebut pernah dua kali dihancurkan, bersama kehan curan Yerusalem.

Kehancuran Pertama terjadi saat Nebukadnezar menyerbu Kerajaan Yudea di Yerusalem pada tahun 597 SM.

Penghancuran Kerajaan Yudea atau Yehuda, yang merupakan kera jaan terakhir Bani Israil —kelanjutan Kerajaan Daud dan Sulaiman — diikuti dengan digiringnya Bani Israil ke Babylonia, dan diperbudak di sana. Mereka dipulangkan ke Yerusalem oleh Cyrus Agung, saat penguasa Persia itu menaklukkan Baby lonia.

Cyrus Agung kemudian mem bangun Kuil Sulaiman, namun tak sampai selesai. Pembangunannya dirampungkan oleh Raja Herodus, penguasa Romawi di Yudea, sehingga kuil itu kerap pula disebut sebagai Kuil Herodus.

Kehancuran kedua terjadi saat Titus Flavius, komandan tentara Romawi, mengepung dan menghan curkan Yerusalem pada perang Yahudi-Romawi pada tahun 70. Titus belakangan menjadi Kaisar Romawi dari Dinasti Flavia.

Masih di bawah cengkeraman Romawi, pada tahun 136-140, Kaisar Hadrian memba ngun Kuil Yupiter di atas reruntuhan Haykal Sulaiman, setelah mengganti nama Yerusalem menjadi Aelia Ca pitolina, dan melarang orang Yahudi maupun Nasrani memasukinya.

Pada tahun 363, kaisar Romawi lain nya, Julian, dalam perjalanannya ke Persia, tiba di reruntuhan Kuil Kedua.  Dia memberi izin kepada orang Yahudi untuk membangun kembali kuil itu. Tapi, tahun itu pula, gempa bumi terjadi, dan kuil itu tak pernah dibangun lagi. Alhasil, orang-orang Yahudi beribadah di sisa tembok barat Kuil Kedua, yang kini dikenal sebagai Tembok Ratapan. Tembok yang tersisa ini, tinggal 60 meter panjangnya.

Era Islam

Sekitar tahun 620, Nabi Muhammad SAW melakukan Isra dan Miraj ke Baitul Maqdis. Peristiwa ini di abadikan dalam Alquran surah al-Isra (Bani Israil). Ayat pertama surah tersebut menyebut Kuil Sulaiman sebagai Masjid al-Aqsa. Masjidil Aqsa kemudian menjadi kiblat pertama umat Islam selama 18 bulan, sebelum dipindahkan ke Masjidil Haram di Makkah. Kini Al Aqsa menjadi masjid suci ketiga setelah Masjdil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Sekitar tahun 636, Khalifah Umar bin Khattab merebut Jerusalem dari tangan Romawi-Byzantium. Selanjutnya, khalifah dari Dinasti Umayyah yang bermarkas di Damaskus, yaitu Malik Ibnu Marwan dan Al Walid I, membangun masjid di atas kompleks Kuil Sulaiman, yaitu Masjid al-Aqsa di bagian selatan dan Masjid Kubah Batu atau Qubbat asSakhrah (Dome of Rock), di bagian utara.

Pembangunan diperkirakan sekitar tahun 687 hingga 705. Tanah suci berada di bawah kontrol umat Islam sejak era Khilafah Rasyidun, Umayyah, Abbasiyah, hingga Fathimi yah, sebelum kemudian jatuh ke tangan tentara Salib.

Ketika Tanah Suci dikuasai tentara Salib, kedua masjid tersebut berubah fungsi. Masjid al-Aqsa pernah dijadikan istana Kerajaan Salib Yerusalem, sedangkan Masjid Kubah batu diubah fungsinya menjadi gereja.

Setelah Salahuddin al-Ayyubi merebut kembali Darussalam, Baitul Maqdis dikembalikan ke fungsinya semula. Itu berlanjut ke dinasti-dinasti berikutnya, hingga Ustmani. Setelah lepas dari kontrol Khilafah Ustmani, nasib Tanah Suci menjadi tidak menentu.

Di kompleks Masjid al-Aqsa dibangun ada dua bukit dalam cerita biblikal. Yaitu Bukit Zion dan Bukit Moria. Sejumlah sumber menyebutkan bahwa kedua nama tersebut merujuk bukit yang sama. Yang jelas, di atas bukit inilah dulu berdiri Haykal Sulaiman hingga juga dikenal sebagai Temple of Mount.

Bukan rahasia lagi, Israel ingin membangun lagi kuil Sulaiman di kompleks al Aqsa atau yang juga dikenal sebagai al Haram al-Sharif.  Tetapi untuk bisa mewujudkan rencana tersebut berarti mereka harus menghancurkan kompleks Masjid Al Aqsa.

Yahudi meyakini kuil tersebut akan dibangun oleh messiah yang mereka tunggu kedatangannya. Sang messiah juga akan merestorasi Israel seperti era keemasannya di masa Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, mengembalikan orang Yahudi ke Israel, dan memimpin dunia dari Yerusalem. Tapi, messiah yang mereka tunggu bukanlah Nabi Isa al-Masih sebagaimana yang dinanti oleh umat Islam dan Yesus dalam kepercayaan Kristen.

Pembangunan Kuil Ketiga ini merupakan gagasan populer di kalangan Yahudi sayap kanan, dan secara tradisional dianggap merupakan agenda politik main streamIsrael. Tapi, pemerintah Israel masih melarang pembicaraan terbuka soal itu. Alasannya, Muslim akan segera melakukan Perang Dunia jika gagasan itu benar-benar terwujud. Sampai saat ini, Haram al-Sharif masih dikelola oleh Yayasan Wakaf, sebuah lembaga keagamaan di bawah pemerintah Yordania dan Palestina.

Penggalian intensif  sejak 1967 dilakukan di bawah naungan Kemen terian Urusan Agama Israel. Pada 1968, penggalian dilakukan dibagian selatan Masjid al-Aqsa,  dilanjutkan dengan penggalian bagian barat Masjid al-Aqsa sejak 1970.  Penggalian tersebut, bukan hanya menuai protes dari Muslim, tapi juga dari berbagia kalangan, termasuk lembaga seperti PBB. Namun, tak ada satu pun yang mampu menghentikan Israel.

Dengan sejarahnya itu, Masjid Al Aqsa hampir pasti akan terus menjadi sumber konflik antara Israel dan Palestina. Mungkin, mereka memang sedang menjalani nubuahnya sendiri-sendiri.

Diolah dari berbagai sumber.