Jelang IPO, Mitratel Kantongi Kontrak Jangka Panjang Rp31 Triliun
- miten menara telekomunikasi Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel menyampaikan prospek cerah menjelang penawan umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang sudah di depan mata.
Korporasi
JAKARTA – Emiten menara telekomunikasi Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel menyampaikan prospek cerah menjelang penawan umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang sudah di depan mata.
Direktur Bisnis Mitratel, Noorhayati Candrasuci menyampaikan bahwa hingga semester I-2021, perseroan telah mengantongi kontrak jangka panjang sebesar Rp30,68 triliun sampai dengan 2030.
Hal ini didukung oleh konsumen utama perseroan yang merupakan 4 provider telekomunikasi terbesar di Indonesia, seperti sesama anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang merupakan perusahaan afiliasinya, yakni PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel. Kemudian, PT Hutchison 3 Indonesia, PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT).
“57 persen menara Mitratel berada di luar Pulau Jawa dan ini merupakan keunggulan bagi perseroan dibandingkan dengan kompetitor lain yang tidak bisa direplikasi,” ujarnya dalam paparan publik virtual, Selasa, 26 Oktober 2021.
- Jokowi Siapkan Ahok hingga Azwar Anas Jadi Calon Kepala Otorita Ibu Kota Negara
- Ironi dan Disrupsi Bisnis Sekuritas di Tengah Pertumbuhan Investor Pasar Modal RI
- Bahaya Jerat Utang BUMN di Balik Proyek Smelter Freeport Rp42 Triliun
Berdasarkan data historis dari 2018 hingga semester I-2021, 98% tenant akan melanjutkan kembali kontraknya ketika kontrak berakhir. Sementara, terdapat 28% kontrak jangka panjang yang akan berakhir dalam 2 tahun ke depan. Di sisi lain, 53% akan berakhir lebih dari 6 tahun.
Pada periode yang sama, lanjut Noorhayati, pendapatan kontrak perseroan tumbuh hampir 100% dalam dua setengah tahun terakhir. Pada tahun lalu, terdapat pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnya, di mana perseroan mendapatkan kontrak-kontrak dari non-Telkomsel.
Dengan jumlah menara telekomunikasi lebih dari 28.000 unit, ia optimistis Mitratel mampu terus bertumbuh. Dalam 5 tahun terakhir, produktivitas perseroan naik, yang ditunjukan dengan tenancy ratio 1,15x pada 2015, menjadi 1,57x pada akhir Juni 2021.
Ia memproyeksikan tenancy ratio Mitratel masih akan dapat terus meningkat karena adanya keunggulan lain yang dimiliki perseroan pada segi letak menara. Di antaranya 62% menara perseroan pada rural area tidak memiliki kompetitor di radius 1 kilometer.
“Sedangkan, 44 persen menara Mitratel di urban area tidak memiliki kompetitor pada radius 500 meter. Ini menunjukkan keunikan tersendiri bagi perseroan,” kata dia.
Anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menawarkan sebanyak-banyaknya 25,54 miliar saham atau setara 29,85% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp228 per lembar.
Adapun harga pelaksanaan yang ditawarkan kepada masyarakat berkisar Rp775 – Rp 975 per lembar. Dengan begitu, Mitratel berpotensi meraup dana mencapai Rp19,79 triliun – Rp24,90 triliun melalui aksi korporasi tersebut.
Perseroan telah menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas beserta PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam gelaran IPO tersebut. Sedangkan, penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Masa penawaran awal akan dilakukan pada 26 Oktober – 4 November 2021. Sedangkan, perkiraan masa penawaran umum pada 16 – 18 November 2021 dengan jadwal pencatatan efek di BEI pada 22 November 2021 mendatang.