Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir
BUMN

Jelang Opsi Merger PTPP dan WIKA, Bagaimana Kinerja Kedua BUMN Ini?

  • Rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menggabungkan (merger) BUMN Karya PT PP Persero) Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) masih terus digodok.
BUMN
Debrinata Rizky

Debrinata Rizky

Author

JAKARTA - Rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menggabungkan (merger) BUMN Karya PT PP Persero) Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) masih terus digodok.

Adapun PT PP (Persero) Tbk (PTPP) merupakan BUMN konstruksi dan investasi, yang tengah menggarap sejumlah proyek infrastruktur. Sedangkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi.

Lalu bagaimana kinerja kedua perusahaan ini sebelum akhir dilebur?

PT PP

Kinerja emiten konstruksi plat merah ini pada tahun 2021 cenderung mulai memperbaiki kinerja saat hantaman pandemi COVID-19 melanda.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan sepanjang 2021 perseroan mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp265,98 miliar pada 2021, naik 62,13% dari Rp164,05 miliar pada 2020.

Pendapatan usaha tercatat Rp16,76 triliun sepanjang 2021, naik 5,89% dari Rp15,83 triliun pada 2020. Namun sayangnya perusahaan juga membukukan beban pokok pendapatan sebesar Rp14,59 triliun pada 2021, naik 7,3% dibandingkan dengan Rp13,59 triliun pada tahun sebelumnya.

Memasuki Tahun 2022, emiten konstruksi BUMN ini membukukan laba bersih menjadi Rp271,69 miliar atau tumbuh 2,5% secara YoY. Hal ini sejalan dengan pendapatan perseroan yang juga naik menjadi membukukan perolehan sebesar Rp18,92 triliun. Realisasi itu tumbuh 12,88% dibandingkan tahun 2021 sebanyak Rp16,76 triliun.

Namun, beban pokok pendapatan perseroan naik 11,38% secara tahunan menjadi Rp16,24 triliun. Menghasilkan laba kotor sebesar Rp2,67 triliun, tumbuh 23,04% secara tahunan.

Sedangkan sepanjang 2023 kemarin PTPP semakin menunjukkan kinerja yang cukup baik di mana laba bersih tercatat sebesar Rp481,3 miliar atau naik dari tahun sebelumnya diangkat Rp271,6 miliar.

Pendapatan sepanjang tahun 2023 mencapai Rp19,9 triliun. Hasil itu tumbuh 5,6% dibanding tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp18,92 triliun.

PT Wijaya Karya

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi. Sepanjang 2021 kinerja Wika dinilai kurang memuaskan.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan jika mencatatkan laba bersih sebesar Rp117,6 miliar, atau mengalami penurunan 36,6% dibanding tahun sebelumnya. Pendapatan neto perusahaan sepanjang 2021 tercatat sebesar Rp17,80 triliun, naik 7,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp16,53 triliun.

Sedangkan di 2022 pendapatan senilai Rp21,48 triliun sepanjang tahun 2022, atau tumbuh 20,16% year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar Rp17,80 triliun pada tahun 2021.

Seiring kenaikan pendapatan, perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan yang meningkat menjadi Rp19,27 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp16,11 triliun pada 2021.

Kemudian, beban penjualan tercatat sebesar Rp4,76 miliar, beban umum dan administrasi sebesar Rp722,17 miliar, serta beban lain- lain sebesar Rp1,71 triliun.

Tingginya berbagai beban tersebut menyebabkan WIKA masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp59,5 miliar hingga akhir tahun 2022, atau berbanding terbalik dari sebelumnya mencatat laba bersih Rp117,6 miliar pada tahun 2021.

Bahkan sepanjang 2023 kinerja WIKA makin melorot, rugi bersih PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membengkak. Hingga kuartal III-2023, WIKA membukukan rugi bersih hingga Rp5,84 triliun.

Beban pokok pendapatan WIKA juga ikut naik menjadi Rp13,86 triliun per September 2023. Pada periode sama tahun lalu, WIKA membukukan beban pokok pendapatan sebesar Rp11,69 triliun.

PT PP Optimis Merger Tak Ganggu Perusahaan

Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengungkapkan pihaknya menyambut positif rencana merger BUMN Karya tersebut. Menurut dia, merger dilakukan agar fokus bisnis BUMN lebih mengerucut dan diyakini tidak akan menimbulkan gejolak di kedua perusahaan.

"Penggabungan (BUMN Karya) ini tujuannya untuk lebih baik. Ada 7 BUMN dengan kompetensi sama semua, bisa bidding project yang sama. Itu jadi salah satu evaluasi di BUMN, bahwa ketujuh BUMN ini bisa mengerjakan semua. Maka ke depan ingin dispesialisasikan. Kalau gejolak nantinya saya yakin tidak ada, karena semua pasti ikut (keputusan)," ujar Bakhtiyar saat ditemui TrenAsia.com di Jakarta, Kamis, 21 Maret 2024.