Bank Neo Commerce di kawasan ITC Fatmawati Jakarta Selatan, Senin 20 September 2021. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Jelang Rights Issue Bank Neo Commerce, Akulaku Perbesar Porsi Kepemilikan Jadi 25,49 Persen

  • Per 12 April lalu, saham Akulaku di Bank Neo Commerce tercatat menggemuk 1,63 juta lembar saham dari sebelumnya 2.400.159.754 lembar saham (25,47% dari total modal disetor 9.421.681.836 lembar saham) menjadi 2.401.789.754 lembar saham setara 25,49% modal disetor.

Korporasi

Yosi Winosa

JAKARTA -PT Akulaku Silvrr Indonesia (Akulaku) kembali memperbesar porsi kepemilikan sahamnya di PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB). 

Sejak 12 April lalu, saham Akulaku di Bank Neo Commerce tercatat menggemuk 1,63 juta lembar saham dari sebelumnya 2.400.159.754 lembar saham (25,47% dari total modal disetor 9.421.681.836 lembar saham) menjadi 2.401.789.754 lembar saham setara 25,49% modal disetor.

Dalam keterbukaan informasi BEI, manajemen tidak menyampaikan harga transaksi tersebut. Namun jika mengacu data perdagangan kemarin dimana saham BBYB ditutup di level 1.900, setidaknya Akulaku merogoh kocek hingga Rp3,097 miliar untuk memantapkan posisi kepemilikannya hingga 25,49%. 

Sebagai perbandingan, pada akhir Maret 2022, kepemilikin Akulaku masih sekitar 25,38% atau setara 2.391.964.754 lembar saham. 

Posisi ini hanya ditandingi oleh beberapa pemegang saham mayoritas lain (kepemilikan 5% atau lebih), seperti PT Gozco Capital sebanyak 14,81%, Rockcore Financial Technology Co Ltd sebanyak 6,12%, Yello Bricks Enterprise Ltd sekitar 5,17%, dan sisanya dikuasai investor publik mencapai 48,62%.

Dalam prospektusnya, Bank Neo Commerce menjadwalkan tanggal efektif hak memesan efek terlebih dahulu (HEMTD) PUT VI ini pada 28 April 2022. Dana hasil penerbitan 5 miliar saham baru tersebut nantinya digunakan untuk memperkuat modal inti serta modal kerja pengembangan usaha perseroan. 

Pengembangan usaha berupa penyaluran kredit dan kegiatan operasional perbankan lainnya.

Dalam aksi korporasi ini ditargetkan penggalangan dana senilai Rp 5 triliun. Sebanyak 50 persen hingga 60 persen dana dari rights issue bakal dialokasikan untuk investasi teknologi, sisanya diarahkan ke kegiatan operasional seperti marketing dan edukasi.