Gedung Adaro Energy di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Jelang Spin Off Bisnis, ADRO Ungkap Dampaknya Terhadap Laba

  • PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan rencana penjualan seluruh saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI). Transaksi ini tidak akan mengganggu kelangsungan usaha perusahaan.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan rencana penjualan seluruh saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) melalui penawaran umum perdana (IPO) dan dilanjutkan dengan penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS). 

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, manajemen ADRO bilang transaksi ini diperkirakan bernilai antara US$2,44 hingga 2,62 miliar, setara dengan 31,8% hingga 34,1% dari total ekuitas perseroan pada akhir 2023.

“PUPS akan dilakukan bersamaan dengan proses IPO AAI. Setelah IPO, perseroan akan memiliki 90% saham AAI, yang kemudian akan dijual melalui PUPS,” ungkap manajemen pada Kamis, 17 Oktober 2024. 

Adapun harga penawaran umum perdana dan PUPS akan ditentukan kemudian, dengan harga PUPS didasarkan pada rata-rata harga saham AAI di pasar dengan mempertimbangkan kewajaran transaksi. Selain itu, pemegang saham ADRO akan mendapatkan saham AAI sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka di ADRO.

Dampak Terhadap Laba ADRO

Manajemen ADRO juga menegaskan bahwa transaksi ini tidak akan mengganggu kelangsungan usaha perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan proforma per 30 Juni 2024, setelah divestasi, ADRO masih akan memiliki laba bersih dan pendapatan sekitar 35% dari total pendapatan sebelum divestasi AAI.

"Secara konsolidasi, perusahaan tetap memiliki laba bersih dan pendapatan yang didukung oleh lini bisnis lainnya di luar AAI," tambah manajemen ADRO.

Pada semester I-2024, pendapatan ADRO mencapai US$2,97 miliar. Setelah divestasi AAI, proforma pendapatan ADRO diperkirakan menjadi US$1,05 miliar, sementara laba bersihnya diperkirakan turun menjadi US$321,01 juta dari sebelumnya US$778,77 juta.

Meskipun melepas seluruh saham di AAI, ADRO tetap mempertahankan bisnis batu bara metalurgi yang digunakan dalam pembuatan baja, melalui anak usaha PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang memiliki cadangan 173 juta ton. Saat ini, ADRO memiliki 83,83% saham di ADMR.

Mengejar Net-Zero Emission

Manajemen juga menjelaskan bahwa penjualan saham ini merupakan bagian dari komitmen ADRO untuk mendukung program pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencapai net-zero emission pada 2060 atau lebih cepat. ADRO juga menargetkan sekitar 50% pendapatan berasal dari bisnis non-batu bara termal pada tahun 2030.

Untuk mencapai target ini, ADRO tengah mengembangkan proyek smelter aluminium yang diharapkan mulai beroperasi pada 2025, serta Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ditargetkan beroperasi pada 2030. Kedua proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan dan mendukung transisi menuju bisnis non-batu bara termal.

Selain itu, ADRO berencana memisahkan bisnis pertambangan dan bisnis pendukung lainnya di bawah AAI untuk fokus pada pengembangan Adaro Minerals dan Adaro Green. Pemisahan ini diharapkan dapat memaksimalkan kinerja setiap unit bisnis dan memperkuat keunggulan kompetitif mereka.

Penjualan saham AAI juga bertujuan membantu ADRO mendapatkan akses pembiayaan yang lebih besar dan kompetitif, terutama dari lembaga yang fokus pada pendanaan proyek ramah lingkungan. 

Saat ini, proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) ADRO masih berada pada tahap awal dan belum memperoleh pendanaan yang signifikan. Melalui pemisahan ini, ADRO diharapkan dapat memperoleh akses ke sumber pembiayaan hijau yang lebih kompetitif.