Pemandangan kepadatan Kota Jakarta yg kian hari semakin bertambah dengan pembangunan gedung-gedung dan bangunan baru baik hunian maupun kawasan bisnis, Kamis 2 Februari 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Makroekonomi

Jepang dan Inggris Resesi, Sri Mulyani Beberkan Dampaknya ke RI

  • Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, dampak resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris merupakan tantangan bagi ekonomi global, termasuk Indonesia.

Makroekonomi

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, dampak resesi yang terjadi di Jepang dan Inggris merupakan tantangan bagi ekonomi global, termasuk Indonesia.

Sri Mulyani mencatat, beberapa lembaga internasional telah memproyeksikan tekanan yang signifikan terhadap kinerja perekonomian negara-negara maju pada tahun ini.

Hal ini disebabkan oleh lonjakan suku bunga yang cukup besar dalam waktu singkat di beberapa negara, yang berdampak pada kinerja ekonomi negara-negara maju.

“Itu yang menyebabkan kenapa proyeksi dan outlook ekonomi bagi banyak negara, terutama G7 dalam hal ini, itu akan cenderung melemah. Dan ini menjadi tantangan untuk lingkungan global kita semuanya,” pungkas Sri Mulyani, dikutip Rabu, 21 Februari 2024.

Menurut Sri Mulyani, peningkatan suku bunga akan berdampak pada situasi ekonomi Jepang dan Eropa secara keseluruhan. Negara-negara maju yang sedang mengalami resesi telah berada dalam keadaan ekonomi yang rapuh.

Sri Mulyani mengajak awak media untuk mengikuti perkembangan terbaru tentang situasi ekonomi global. Selain itu, dia mengumumkan akan menghadiri pertemuan G20 di Brasil pada minggu depan.

Kondisi Ekonomi Jepang dan Inggris

Dua negara ekonomi besar, Jepang dan Inggris, telah jatuh ke dalam resesi ekonomi pada akhir tahun sebelumnya. Kedua negara ini memiliki hubungan perdagangan dan investasi dengan Indonesia. Resesi ekonomi di Jepang dan Inggris terjadi karena pertumbuhan ekonomi keduanya menunjukkan angka negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Menurut laporan Kantor Kabinet Pemerintah Jepang, ekonomi negara tersebut mengalami kontraksi sebesar 3,3% secara kuartalan pada kuartal III 2023, dan kembali mengalami kontraksi sebesar 0,4% secara kuartalan pada kuartal IV 2023.

Situasi ekonomi Inggris juga mengalami tantangan yang serupa. Sebagai negara ekonomi terbesar kelima di dunia yang sedang menuju pemilihan perdana menteri, Inggris sedang mengalami masa sulit. Menurut laporan dari Reuters, ekonomi Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada periode Juli-September 2023, dan turun sebesar 0,3% pada periode Oktober-Desember 2023.

Pantau Investasi dan Ekspor RI

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut menunjukkan adanya indikasi Jepang dan Inggris kemungkinan akan mengalami resesi secara teknikal.

“Meski demikian masih terlalu dini untuk menilai bahwa kedua negara tersebut akan memasuki kondisi resesi ekonomi,” ujar Airlangga dalam keterangan resmi, dikutip pada Senin, 19 Februari 2024.

Menurut National Bureau of Economic Research (NBER), resesi secara umum didefinisikan sebagai penurunan yang signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar luas di seluruh sektor ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, dan biasanya tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB) riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, serta penjualan grosir-eceran.

Dengan memperhatikan kondisi tersebut, Airlangga menyatakan pemerintah akan terus memantau dampak penyebaran perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional, khususnya di Jepang.

“Indonesia memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan Jepang, seperti pada aspek investasi dan ekspor-impor. Jepang juga menjadi salah satu tujuan utama ekspor bagi Indonesia,” kata dia.

Ekspor utama Indonesia ke Jepang melibatkan sektor batubara, komponen elektronik, nikel, dan otomotif. Pada tahun 2023, ekspor Indonesia ke Jepang menduduki peringkat keempat dengan nilai mencapai US$18,8 miliar. 

Sementara itu, Foreign Direct Investment (FDI) dari Jepang ke Indonesia pada tahun yang sama juga berada pada peringkat keempat dengan total sebesar US$4,63 miliar. Meskipun Jepang mengalami perlambatan, perekonomian nasional Indonesia dinilai masih menunjukkan ketahanan dengan pertumbuhan yang solid.

Hal ini ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat dan dipertahankan dengan inflasi yang terkendali. Pemerintah terus mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi risiko ekonomi global tersebut dengan tujuan menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.