Bendera Korea Utara
Dunia

Jepang dan Korea Selatan Kecam Rencana Peluncuran Satelit Korea Utara

  • Korea Utara (Korut) berencana meluncurkan satelit antara tanggal 24-31 Agustus 2023. Itu merupakan upaya peluncuran satelit kali kedua Korut tahun ini.

Dunia

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Korea Utara (Korut) berencana meluncurkan satelit antara tanggal 24-31 Agustus 2023. Itu merupakan upaya peluncuran satelit kali kedua Korut tahun ini. Hal tersebut menuai kritik keras Jepang dan Korea Selatan. 

Korea Utara memberitahu penjaga pantai Jepang pada hari Selasa 22 Agustus 2023 bahwa peluncuran tersebut akan melewati Laut Kuning, Laut China Timur, dan Samudra Pasifik, wilayah yang Jepang nyatakan berada di luar zona ekonomi eksklusifnya.

Pengumuman ini muncul hanya beberapa hari setelah para pemimpin Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan mengadakan KTT mandiri pertama mereka untuk memperlihatkan kesatuan dalam menghadapi kekuatan China yang terus meningkat dan ancaman nuklir Korea Utara.

Dilansir dari Reuters, Selasa 22 Agustus 2023, Korea Utara meluncurkan satelit pada tanggal 31 Mei yang akhirnya jatuh ke dalam laut. Peluncur baru Chollima-1 tersebut gagal karena instabilitas pada mesin dan sistem bahan bakar, seperti yang dilaporkan agensi berita negara KCNA.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida meminta Korea Utara untuk menghentikan segala rencana peluncuran dan mengatakan bahwa Jepang sedang mempersiapkan sistem pertahanan rudal PAC-3 serta mengumpulkan informasi. “Peluncuran akan sangat disesalkan,” katanya kepada wartawan.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, mendesak Korea Utara membatalkan rencana peluncuran tersebut. Korea Selatan menyebutnya sebagai tindakan “yang jelas melanggar hukum” terhadap sanksi PBB yang melarang penggunaan teknologi peluru kendali. “Tidak dapat dibenarkan, apa pun alasan yang dibuat oleh Korea Utara,” kata kementerian.

Prioritas Utama

Peluncuran satelit pada bulan Mei merupakan upaya keenam negara yang bersenjata nuklir tersebut, dan yang pertama sejak tahun 2016, dengan tujuan mengorbitkan satelit mata-mata pertamanya untuk memantau aktivitas militer Amerika Serikat.

Hal ini memicu peringatan darurat dan peringatan evakuasi singkat di sebagian wilayah Korea Selatan dan Jepang. Meski demikian tidak ada bahaya atau kerusakan yang dilaporkan. Militer Korea Selatan menyatakan satelit tersebut tidak memiliki penggunaan militer yang bermakna.

Para anggota parlemen Korea Selatan yang diberi informasi oleh agensi intelijen Seoul memperingatkan tentang kemungkinan peluncuran satelit mata-mata lain oleh Korea Utara dalam beberapa pekan mendatang.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menetapkan peningkatan teknis pada satelit sebagai “prioritas utama dalam paruh kedua tahun ini." Agen mata-mata telah melaporkan tanda-tanda uji mesin sejak Juli.

“Peluncuran yang akan datang memiliki beberapa tujuan selain untuk perayaan internal, mereka juga ingin menunjukkan kekuatan atas KTT trilateral dan latihan militer yang sedang berlangsung antara Korea Selatan dan Amerika Serikat,” kata Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul.