Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Sejumlah perusahaan di Jepang masih mengalami krisis pemberdayaan perempuan. Hal ini terlihat dari data survei yang dilakukan oleh Reuters dan Nikkei Research di 481 perusahaan Jepang.
Dunia
JAKARTA – Sejumlah perusahaan di Jepang masih mengalami krisis pemberdayaan perempuan. Hal ini terlihat dari data survei yang dilakukan oleh Reuters dan Nikkei Research di 481 perusahaan Jepang.
Saat ini, jumlah perempuan yang menduduki posisi manajemen masih berada di angka kurang dari 10 persen. Hasil ini sama denga data survey yang dilakukan tiga tahun lalu.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Rendahnya keterlibatan perempuan dalam jajaran manajemen, terutama di ranah eksekutif menjadikan negeri skor negeri sakura ini berada jauh di bawah target Federasi Bisnis Jepang, Keindanren.
Keidanren saaat ini menargetkan keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan manajemen sebesar 30 persen. Ini juga menjadi salah satu kampanye dari Keindanren, Womenomik yang dicanangkan untuk mengatasi krisis pemberdayaan perempuan di negeri sakura.
Berdasarkan data survei tersebut, sejumlah perusahaan mengaku kesulitan untuk menaikkan keterlibatan perempuan di tren penduduk Jepang yang saat ini didominasi oleh masyarakat lanjut usia.
“Sampai beberapa waktu lalu kami mempekerjakan banyak orang, jadi butuh waktu untuk memperbaiki keseimbangannya,” tulis seorang manajer pembuat bahan kimia yang menjadi partisipan dalam survei tersebut.
Dari hasil jajak pendapat yang disebarkan, sejumlah partisipan memberikan umpan balik. Menurut beberapa di antara mereka, hal yang paling penting untuk mencukupi target minimal pemberdayaan perempuan di negeri matahari terbit tersebut adalah dengan cara mengubah budaya perusahaan.
“Pertama-tama kita perlu menaikkan rasio manajer wanita, tetapi kita juga harus mereformasi budaya perusahaan,” tulis seorang manajer perusahaan transportasi mengutip Reuters Jumat,18 Juni 2021.
Sekedar informasi, budaya perusahaan di Jepang hingga saat ini masih sangat berorientasi pada laki-laki. Oleh sebab itu, beberapa dukungan seperti ketersediaan tempat khusus untuk anak atau menyusui perlu diberikan.
Tanpa dukungan seperti itu, sulit bagi perushaan Jepang untuk mencapai target 30 persen masih akan sulit dilakukan.
“Tidak mungkin kecuali masyarakat kita berubah dengan cara yang mendorong perempuan untuk dipromosikan ke posisi kunci,” tulis seorang manajer perusahaan jasa. (RCS)