Ilustrasi ekonomi hijau
Nasional

JETP dan ETM sebagai Inisiatif Finansial dalam Transisi Energi Berkelanjutan

  • JETP adalah inisiatif yang bertujuan mendukung peralihan menuju energi bersih dan berkelanjutan dengan fokus pada aspek keadilan sosial sementara ETM adalah mekanisme berupa dukungan teknis, keuangan, dan peningkatan kapasitas yang dirancang untuk membantu negara-negara mempercepat transisi ke energi bersih.

Nasional

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Dalam kaitannya dengan ekonomi hijau, terdapat dua inisiatif finansial untuk mendorong transisi energi berkelanjutan yang disebut Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Energy Transition Mechanism (ETM).

Andhyta Firselly Utami, Seorang Peneliti Ekonomi Lingkungan dan Pendiri Think Policy, mengatakan bahwa JETP adalah inisiatif yang bertujuan mendukung peralihan menuju energi bersih dan berkelanjutan dengan fokus pada aspek keadilan sosial. 

Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa peralihan ke energi bersih tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga adil secara sosial. 

JETP menekankan pentingnya memperhatikan dampak perubahan iklim pada masyarakat yang paling rentan, termasuk mereka yang bekerja di sektor-sektor energi konvensional yang mungkin terpengaruh oleh perubahan kebijakan. 

Inisiatif ini mendukung transformasi ke sektor energi yang lebih berkelanjutan dengan mempertimbangkan dampaknya pada lapangan pekerjaan, penghidupan masyarakat lokal, dan keadilan sosial. 

Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) Indonesia memobilisasi dan memfasilitasi pendanaan publik dan swasta sebesar US$20 miliar (Rp312,5 triliun dalam asumsi kurs Rp15.629 per-dolar Amerika Serikat/AS) selama lima tahun ke depan untuk mendukung JETP di Indonesia.

Sementara itu, ETM adalah mekanisme berupa dukungan teknis, keuangan, dan peningkatan kapasitas yang dirancang untuk membantu negara-negara mempercepat transisi ke energi bersih.

ETM membantu negara-negara dalam merancang dan melaksanakan kebijakan, mengidentifikasi sumber pembiayaan, dan meningkatkan kapasitas teknis yang diperlukan untuk mengatasi hambatan dalam transisi energi. 

Dikatkaan oleh Andhyta, hal ini penting karena banyak negara menghadapi kendala dalam mencapai tujuan iklim mereka, dan ETM adalah upaya untuk memberikan dukungan agar mereka dapat menghadapi perubahan tersebut dengan lebih efektif.

Ini termasuk proyek-proyek infrastruktur, pembangkit listrik terbarukan, dan proyek energi hijau lainnya yang mendukung transisi energi.

Saat ini, Indonesia dikatakan Andhyta sedang bergerak menuju pembiayaan berkelanjutan dengan berbagai inisiatif pemerintah dan perusahaan swasta. Beberapa bank dan lembaga keuangan di Indonesia telah mulai mengadopsi praktik keuangan berkelanjutan. 

“Mereka mendukung proyek-proyek seperti pembangkit listrik tenaga surya, restorasi hutan, dan infrastruktur ramah lingkungan. Baik JETP maupun ETM berperan penting dalam memfasilitasi implementasi finansial proyek-proyek energi bersih di Indonesia tersebut,”  dalam acara Ngobrol Santai Bareng Pakar tentang Keuangan Berkelanjutan Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Berorientasi Pada Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola di Jakarta, dikutip Rabu, 8 November 2023.

Andhyta menyampaikan pandangan positif dan optimis kritisnya mengenai upaya berkelanjutan. Menurutnya, dengan komitmen dan kepemimpinan yang tepat, dunia memiliki potensi untuk mengejar target pendanaan yang telah ditetapkan.

Pendanaan tersebut termasuk komitmen US$100 miliar (Rp1,56 kuadriliun) pertahun untuk pendanaan iklim yang diberikan oleh negara-negara maju kepada negara-negara berkembang. 

Menurut Andhyta, meskipun terdapat perbedaan pendapat dan kesulitan terkait pendanaan iklim, dia memperkirakan target tersebut dapat diatasi dalam jangka menengah asalkan pemimpin dunia lebih serius menangani isu ini.