<p>Kementerian Pertanian tengah mempersiapkan kerja sama pembukaan lahan pertanian atau cetak sawah seluas 600.000 hektare. / Facebook @kementanRI</p>
Industri

Jika Ingin Ketahanan Pangan Terjaga, Investasi Sektor Pertanian Harus Digenjot

  • JAKARTA – Rendahnya investasi di sektor pertanian disinyalir menjadi salah satu hambatan menuju ketahanan pangan di Indonesia. Pemerintah diharapkan segera merumuskan solusi komprehensif untuk memenuhi empat pilar ketahanan pangan. Keempatnya antara lain ketersediaan, akses atau keterjangkauan (baik secara fisik dan ekonomi), utilisasi atau keragaman (gizi, nutrisi dan keragaman) dan stabilitas atau keberlangsungan. “Salah satu yang […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Rendahnya investasi di sektor pertanian disinyalir menjadi salah satu hambatan menuju ketahanan pangan di Indonesia. Pemerintah diharapkan segera merumuskan solusi komprehensif untuk memenuhi empat pilar ketahanan pangan.

Keempatnya antara lain ketersediaan, akses atau keterjangkauan (baik secara fisik dan ekonomi), utilisasi atau keragaman (gizi, nutrisi dan keragaman) dan stabilitas atau keberlangsungan.

“Salah satu yang dapat dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan adalah dengan mendorong masuknya investasi di sektor pertanian Indonesia,” kata Head of Research Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Felippa Ann Amanta dalam keterangan resmi, Selasa, 27 Oktober 2020.

Merujuk data Kementerian Pertanian, realisasi investasi sektor pertanian pada 2018 mencapai Rp 54,1 triliun. setelahnya, angka realisasi terus tumbuh menjadi Rp57 triliun pada 2019.

Akan tetapi, investasi asing di sektor pertanian tercatat hanya 3% dari total investasi asing yang masuk ke Tanag Air. Di mana total investasi yang masuk pada 2019 sebesar US$27.095,1 juta.

“Padahal masuknya investasi dapat membantu membentuk sektor pertanian yang resilien dan berkelanjutan melalui pendanaan riset dan pengembangan, teknologi, maupun pengembangan kapasitas sumber daya masyarakat dan petani,” terang Felippa.

Investasi di sini tidak hanya menitikberatkan pada asing saja, namun juga investor dalam negeri. Meski membutuhkan banyak investasi, Fellipa menegaskan investasi yang masuk tetap perlu mementingkan efisiensi biaya.

Litbang di Pertanian Rendah

Selain persoalan investasi, alokasi pada komponen investasi di bidang penelitian dan pengembangan (Litbang) juga masih rendah. Padahal, litbang berperan sangat penting, contohnya untuk mengembangkan bibit dan benih yang lebih tahan lama dan berkualitas lebih baik.

Melalui investasi dan kebijakan pertanian yang ideal, petani diharapkan mampu mengadopsi cara-cara bertani yang lebih ramah terhadap iklim. Krisis iklim kini sudah menjadi tantangan sehingga sudah sangat perlu untuk mengadopsi cara-cara bertani yang ramah lingkungan.

Selain itu pemerintah juga perlu memperhatikan bahwa kebijakan pangan berjalan dari mulai hulu ke hilir (on farm dan off farm). Sehingga, investasi juga perlu masuk ke infrastruktur, cold chain, rantai pasok, rantai distribusi hingga pasar, dan dapat dilakukan dengan menggandeng pihak swasta.

President dan Co-Founder Tanihub, Pamitra Wineka menambahkan ada beberapa persoalan yang dihadapi petani saat ini. Misalnya terkait rantai pasok dan ongkos produksi yang panjang, serta produktivitas petani yang rendah.

“Dalam menanggapi masalah ini, teknologi berperan penting untuk menjembatani masalah ini terhadap sebuah solusi,” tambahnya.

Terkait ongkos produksi yang tinggi, para petani masih kesulitan untuk mencari bibit dan pupuk. Walhasil, mereka terpaksa membeli di toko retail atau tengkulak dengan harga yang lebih mahal dibandingkan distributor.

Selain itu, produktivitas lahan pertanian yang masih rendah. Untuk meningkatkannya, perlu penambahan wawasan dan akses modal yang cukup bagi para petani.

“Beberapa startup di bidang teknologi ingin menghubungkan petani dan pembeli. Sehingga distribusi pangan jadi lebih sedikit rantainya,” tutur Eka.