<p>Suasana karyawan di pabrik Denso. / Denso.com</p>
Industri

Jika UMKM Asing Boleh Masuk, Faisal Basri Pilih Jepang daripada China

  • JAKARTA – Faisal Basri, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Jepang lebih potensial dibandingkan berharap pada relokasi pabrik dari China. Andaikan pemerintah membuka pintu bagi UMKM asing untuk masuk ke Indonesia, hal ini akan menjali rantai pasokan yang selama ini kosong di pasar […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Faisal Basri, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Jepang lebih potensial dibandingkan berharap pada relokasi pabrik dari China.

Andaikan pemerintah membuka pintu bagi UMKM asing untuk masuk ke Indonesia, hal ini akan menjali rantai pasokan yang selama ini kosong di pasar domestik. Bukan untuk membuka cabang, melainkan relokasi ke Tanah Air.

“Di Indonesia enggak boleh UMKM masuk. Sayang sekali, padahal UMKM-nya tidak ada di sini, jadi tidak akan membunuh pelaku usaha lokal,” kata Faisal dalam diskusi virtual, Kamis, 26 November 2020.

Melalui cara yang disebut ­by pass tersebutlah Faisal yakin UMKM nasional akan naik kelas. Ia mencontohkan tindakan tersebut nyata terasa di Malaysia.

Kala itu, sekitar era 1970-an, pemerintah Malaysia membuka pintu UMKM asing untuk masuk ke negaranya. Walhasil, UMKM Jepang berbondong-bondong pindah ke Malaysia, bahkan tanpa membawa serta tenaga kerja dari sana.

“Kalau China kan bawa buruh ke sini, Jepang nggak akan. 100 persen pekerja Indonesia,” tegasnya.

Kehadiran UMKM Jepang juga akan membuka peluang bagi pelaku usaha domestik untuk menjadi mitra. Apalagi jika pemerintah memiliki pusat data UMKM, dengan begitu akan mudah bagi Jepang menggandeng pelaku usaha dalam negeri.

Setelahnya, pemerintah bisa membangun kawasan industri tematik khusus UMKM. Dengan skema ini, Faisal yakin UMKM ke depan akan lebih cepat berakselarasi ke skala yang lebih besar.

“China ini banyak bermasalah investasinya di Indonesia. Di smelter, pabrik semen, bawa pekerjanya lagi, mending dari Jepang.”

Rencana Relokasi

September lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan sebanyak 143 perusahaan berencana melakukan realokasi investasi ke Indonesia.

Perusahaan kakap itu di antaranya dari Amerika Serikat (AS), Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, Jepang, dan China. Data itu didapat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Airlangga mengatakan hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menggantikan posisi China sebagai tujuan investasi dari hubungan rantai pasok baru di pasar global.

BKPM tengah menjajaki 17 perusahaan raksasa asing untuk merelokasi pabrik ke Indonesia dengan potensi investasi senilai US$37 miliar setara Rp518 triliun.

Tujuh perusahaan asing yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan memastikan akan merelokasi usahanya ke Indonesia. Total keseluruhan nilai investasi dari tujuh perusahaan tersebut mencapai US$850 juta setara Rp11,9 triliun.