<p>Jill Biden. Dok: @DrBiden/Twitter.</p>
Nasional & Dunia

Jill Biden: Awalnya Pelayan, Guru, Sekarang Calon First Lady Amerika Serikat

  • JAKARTA – Dr. Jill Biden, istri calon Presiden Amerika Serikat Joe Biden, ialah sosok penting pencalonan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS tahun ini. Jill disebut-sebut sebagai salah satu aset politik terpenting Joe Biden. Terlepas dari suaminya, Jill ialah perempuan luar biasa. Selama bertahun-tahun Jill menjadi seorang pendidik, bahkan dia masih pergi mengajar tanpa didasari […]

Nasional & Dunia
Gloria Natalia Dolorosa

Gloria Natalia Dolorosa

Author

JAKARTA – Dr. Jill Biden, istri calon Presiden Amerika Serikat Joe Biden, ialah sosok penting pencalonan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS tahun ini.

Jill disebut-sebut sebagai salah satu aset politik terpenting Joe Biden. Terlepas dari suaminya, Jill ialah perempuan luar biasa.

Selama bertahun-tahun Jill menjadi seorang pendidik, bahkan dia masih pergi mengajar tanpa didasari tuntutan finansial. Di rumah, Jill ialah istri sekaligus ibu dari tiga anak.

Joe sendiri mengakui kualitas mumpuni Jill untuk menjadi ibu negara AS.

“Bagi Anda semua di seluruh negeri, pikirkan saja guru favorit yang memberi Anda keyakinan untuk percaya pada diri sendiri. Begitulah ibu negara…Jill Biden nantinya,” kata Joe dilansir dari BBC Indonesia.

Berikut ringkasan hidup Jill Biden, yang dinukil dari BBC Indonesia dan Moms.

Kehidupan Personal

Jill Jacobs lahir pada Juni 1951 di New Jersey. Dia anak tertua dari lima bersaudara. Jill tumbuh dewasa di pinggiran kota Philadelphia, Willow Grove.

Sebelum menikahi Joe, Jill pernah membangun rumah tangga dengan Bill Stevenson, seorang mantan pemain sepak bola Amerika.

Pada 1972, kecelakaan lalu lintas merenggut nyawa istri pertama Joe dan putri Joe yang berusia satu tahun. Dua anak lelakinya, Beau dan Hunter, selamat dalam kejadian tersebut.

Tahun 1975, Jill dikenalkan kepada Joe oleh saudara laki-lakinya. Saat itu, Joe berstatus sebagai senator, sedangkan Jill masih menempuh pendidikan tinggi.

“Saat itu saya mahasiswi tingkat akhir dan selalu berkencan memakai celana jins, sepatu bersol kayu, dan kaus oblong. Suatu hari Joe menjemput saya, dia mengenakan jaket olahraga dan sepatu pantofel.”

“Saya lalu berpikir, ‘Ya Tuhan, hubungan ini tidak akan pernah berhasil. Dia sembilan tahun lebih tua dibanding saya!’

“Namun kala itu kami tetap pergi menonton film A Man and A Woman di sebuah bioskop di Philadelphia. Dan akhirnya kami mengenal satu sama lain,” kata Jill kepada majalah Vogue tentang kencan pertamanya dengan Joe.

Jill berkata Joe melamarnya lima kali sebelum akhirnya dia menerimanya.

“Saya tidak bisa membiarkan mereka (dua anak Joe) kehilangan ibu lagi. Jadi saya harus 100% yakin,” ucapnya.

Perempuan yang Bekerja

Ketika Jill dan Joe menikah, Joe sudah menjadi senator, sedangkan Jill baru saja memulai karier sebagai guru. Jill tahu bahwa dia ingin memiliki karier dan kemandirian sendiri.

Dia mulai bekerja pada usia 15 tahun sebagai pelayan. Jill kuliah mengambil jurusan bahasa Inggris, kemudian bekerja sebagai guru bahasa Inggris di sekolah menengah.

Ketika dia mengandung putrinya, Ashley, dia menyelesaikan gelar master pertamanya. Setelah menyelesaikan master kedua pada tahun 1987, dia mulai mengajar bahasa Inggris di community college. Sejak itu, ia menyelesaikan gelar doktor.

Ketika suaminya berada di jalur kampanye pada tahun 2007, Jill tidak meninggalkan pekerjaannya untuk membantu Joe berkampanye. Bahkan, ketika Joe menjadi wakil presiden, Jill terus bekerja penuh waktu sebagai profesor.

Jill merahasiakan posisi politiknya dari murid-muridnya. Dia meminta rombongan dinas rahasianya berpakaian seperti mahasiswa untuk mengaburkan perhatian publik.

Saat Joe menjabat sebagai wakil presiden pada era pemerintahan Barack Obama, Jill menjadi profesor bahasa Inggris di Northern Virginia Community College.

“Mengajar bukanlah pekerjaan saya. Itu adalah jati diri saya,” ujarnya dalam akun Twitternya, Agustus lalu.

Beri Contoh dari Keluarga

Joe dan Jill menikah di New York pada 1977. Putri mereka, Ashley, lahir pada 1981. Sementara, Beau Biden meninggal karena kanker otak pada Mei 2015 saat berusia 46 tahun.

Jill pernah mengungkap kisah keluarga dan perjuangan yang mereka hadapi saat dia mendukung Joe menjadi kandidat presiden di konvensi Partai Demokrat.

“Saya tahu, jika kita mempercayakan bangsa ini kepada Joe, dia akan memberi keluargamu apa yang dia lakukan untuk keluarga kami.”

“Dia akan menyatukan kita dan membuat kita utuh, menopang kita pada saat kita membutuhkan dorongan. Dia akan mewujudkan yang dijanjikan Amerika untuk kita semua,” kata Jill.

Joe sempat menuliskan kesannya terhadap Jill dalam bukunya Promises to Keep: On Life and Politics:

“Saya tidak akan pernah melupakan bagaimana rasanya pertama kali melihatnya membuka lengannya dan bersiap menerima pelukan dari Beau dan Hunter … Jill adalah orang tua yang muncul di sekolah dasar anak laki-laki untuk menyajikan hot dog atau bekerja di perpustakaan. Dia mengantar mereka berolahraga dan ke klub pramuka. Dia memasak makanan untuk mereka. Ada banyak malam ketika mereka hanya bertiga saat makan malam.”

Politik

Jill sebelumnya pernah menyandang status istri wakil presiden saat Joe menjadi orang nomor dua AS sejak 2009 hingga 2017.

Selama periode itu, Jill mempromosikan perguruan tinggi tingkat rendah yang kurang populer, mengadvokasi keluarga tentara, dan meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya pencegahan kanker payudara.

Pada tahun 2010, dia menjadi penggagas Konferensi Tingkat Tinggi Gedung Putih di tingkat community college. Forum itu menyorot peran perguruan tinggi dalam mengembangkan kualitas tenaga kerja Amerika.

Bersama Michelle Obama, Jill memulai gerakan untuk membantu veteran tentara dan keluarga militer mengakses pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Tahun 2012, Jill menerbitkan buku anak-anak berjudul Don’t Forget, God Bless Our Troops. Buku itu didasarkan pada pengalaman cucunya berada di keluarga militer.

Jill merupakan pendukung utama Joe selama kampanye pemilihan presiden tahun 2020. Dia selalu muncul bersama Joe, sekaligus menggagas beragam acara serta penggalangan dana.

Sempat Tidak Ingin Jadi First Lady

Dilansir dari Moms, Jill menyatakan tidak ingin Joe mencalonkan diri pada pemilu 2004, tetapi orang-orang terus bertanya kepadanya.

Suatu sore, sekelompok orang berada di rumah mereka untuk rapat politik. Mereka mendorong Jill untuk ikut berkampanye.

Jill yang sedang berada di tepi kolam renang mengenakan bikini menyadari bahwa dia tidak ingin menjadi ibu negara pada tahun itu. Untuk menjelaskan maksudnya, dia menulis “NO” di perutnya dengan spidol dan berjalan ke tengah pertemuan.

Jill mengenang, “Itu menarik perhatiannya. Saya tidak akan memberi tahu Anda siapa yang duduk di ruangan itu, tapi mereka mengerti.”

Kali ini, Jill berkomitmen penuh untuk membantu suaminya menjadi presiden. Dia menghentikan pekerjaannya selama beberapa bulan untuk membantu Joe berkampanye.

Namun, dia tetap berniat untuk kembali ke murid-muridnya bila dia menjadi ibu negara pun tidak.

Ini akan menjadi kali pertama dalam sejarah AS, memiliki ibu negara yang punya pekerjaan bergaji.

Banyak hal luar biasa dari Jill, mulai dari dukungannya untuk keluarga militer hingga keyakinannya yang teguh bahwa community college harus dapat diakses oleh semua orang.