Joe Biden Disebut Alami Penurunan Kognitif, Apa Itu dan Bagaimana Cara Mencegahnya?
- Joe Biden menghadapi tekanan untuk mempertimbangkan kembali pencalonannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Pria berusia 81 tahun tersebut adalah Presiden tertua dalam sejarah AS, dan tanda-tanda penurunan kognitif tampak jelas selama debat.
Nasional
JAKARTA – Joe Biden menghadapi tekanan untuk mempertimbangkan kembali pencalonannya sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Pria berusia 81 tahun tersebut adalah Presiden tertua dalam sejarah AS, dan tanda-tanda penurunan kognitif tampak jelas selama debat.
Dikutip dari New York Post, diduga Biden telah menunjukkan penurunan mental sebanyak 20 kali selama tahun terakhir, yang menunjukkan penampilan buruknya dalam debat minggu lalu bukanlah kejadian sekali saja, menurut sumber yang dekat dengan presiden yang berbicara kepada jurnalis legendaris Carl Bernstein.
Gedung Putih mengalami malam tanpa tidur setelah penampilan Presiden Joe Biden yang penuh kegagapan dan penuh tantangan dalam debat presiden di Atlanta pada Kamis malam. Di dalam Partai Demokrat, seruan agar Biden mengundurkan diri telah muncul, dan rumor menyebar secara global tentang fungsi kognitifnya yang memburuk dan kemungkinan demensia.
- Alasan Milenial dan Gen Z Belum Bisa Beli Rumah
- Tips Memutus Rantai Generasi Sandwich
- Tips Menghindari Risiko Terjebak Saham Gorengan
Dikutip dari The Jerusalem Post, menurut perkiraan, meskipun tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti hanya dengan menonton debat, Biden tidak memenuhi kriteria demensia dan mengalami penurunan kognitif yang sesuai dengan usia 81 tahun. Dengan peningkatan harapan hidup, prevalensi gangguan kognitif juga meningkat karena menipisnya jaringan otak.
Hal ini dapat diverifikasi melalui tes sederhana oleh dokter spesialis, yang mencakup pertanyaan, pemeriksaan fisik, tugas, dan tes kognitif. Salah satu tes yang paling populer adalah MoCa, yang juga diikuti oleh Donald Trump dan dilaporkan berhasil lulus.
Dokter pribadi Joe Biden, Kevin O’Connor, menyatakan hasil tes kesehatan presiden tidak menunjukkan adanya gangguan neurologis. Dia juga membantah bahwa Biden menderita Parkinson, meskipun spesialis penyakit tersebut sering terlihat mengunjungi Gedung Putih.
Masalah kesehatan terkait usia meliputi penurunan energi dan mobilitas, radang sendi, serta masalah kardiovaskular. Biden dikatakan tidak mengalami masalah-masalah tersebut. Meskipun penurunan mental dan fisik adalah hal yang wajar seiring bertambahnya usia, ada beberapa cara untuk menjaga fungsi kognitif tetap tajam dan baik di usia lanjut.
Fungsi Kognitif
Secara global diperkirakan populasi lansia akan terus meningkat. Jumlah orang yang berusia 80 tahun ke atas diprediksi akan meningkat hingga sekitar empat kali lipat, mencapai 395 juta jiwa antara tahun 2000 dan 2050, dengan mayoritas lansia tersebut tinggal di negara berkembang. Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada pertumbuhan sekitar 450.000 jiwa setiap tahunnya.
Dikutip dari Kemkes, dengan kondisi tersebut, diperkirakan jumlah penduduk lansia akan mencapai 34,22 juta jiwa pada tahun 2025. Pertumbuhan populasi lansia ini tentunya akan meningkatkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia, termasuk penurunan fungsi indra, pencernaan, motorik, dan kognitif.
Kognitif adalah kemampuan salah satu fungsi otak yang mencakup seperti kepekaan, bahasa, daya ingat, dan fungsi pengambilan keputusan. Faktor yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif antara lain usia lanjut dan depresi.
Degenerasi atau penuaan adalah kondisi yang menyebabkan penurunan fungsi otak, sehingga berdampak pada fungsi kognitif, lingkungan, sosial, intelektual, dan pekerjaan pada lansia. Pada kategori gangguan ringan, penurunan kognitif otak dianggap normal. Namun, jika penurunan ini semakin parah, maka dikategorikan sebagai gangguan berat. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari lansia.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), populasi lansia di Indonesia mencapai 11,75% pada tahun 2023, meningkat 1,27 poin persen dari 10,48% pada tahun sebelumnya. Menurut data dari Kemenkes RI tahun 2021, diperkirakan pada tahun 2035, jumlah lansia di Indonesia akan meningkat menjadi 48,2 juta orang.
Data WHO tahun 2022 menunjukkan, sekitar 55 juta lansia di dunia mengalami penurunan fungsi kognitif, dan sekitar 7,7 juta lansia mengalami penurunan kemampuan kognitif setiap tahunnya.
Dilansir dari GoLantang BKKBN, penurunan fungsi kognitif pada lansia berdampak pada kemampuan kognitif, seperti penurunan daya ingat akibat faktor usia. Penurunan fungsi kognitif yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan fungsi otak, karena daya ingat dan kemampuan berpikir lansia dipengaruhi oleh kondisi otak.
Masalah ini memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan lansia lupa identitas mereka atau anggota keluarga mereka.
Penyebab Gangguan Kognitif
Gangguan kognitif bisa disebabkan karena berbagai masalah. Beberapa penyebab gangguan kognitif tersebut diantaranya adalah:
1. Penyalahgunaan zat: Obat-obatan atau alkohol dapat menurunkan kemampuan kognitif dan menyebabkan masalah kesehatan seperti kehilangan memori.
2. Cedera otak: Terjadi secara mendadak atau perlahan, terutama saat mengalami stroke, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat informasi tertentu, keterbatasan dalam berbicara, dan kehilangan sebagian memori.
3. Penyebab tidak diketahui: Ada banyak penyebab gangguan kognitif yang tidak diketahui sebabnya seperti alzheimer, di mana para ahli mengatakan jika ini terjadi karena deposit plak bernama amiloid namun masih belum jelas bagaimana plak tersebut terbentuk.
4. Penyakit lain: Seperti HIV dan juga parkinson.
Gejala Penurunan Kognitif
Seseorang yang mengalami penurunan kognitif mengalami beberapa perubahan atau gejala, di antaranya:
1. Semakin sering lupa
2. Lebih lama mengingat nama
3. Lebih sulit memikirkan sebuah kata
4. Sulit menemukan jalan di lingkungan yang sudah dikena
5. Lebih impulsif, karena penilaian semakin buruk
6. Sulit memahami instruksi
7. Keterampilan sosial yang buruk
8. Penampilan glazed
9. Disorientasi atau kebingungan
Seseorang yang mengalami penurunan kognitif juga mungkin mengalami depresi, kecemasan, agresi, dan apati.
Cara Mencegah Penurunan Fungsi Otak
Berikut beberapa cara agar fungsi kognitif tetap tajam dan baik di usia lanjut:
1. Konsumsi Makanan Sehat
Penting juga untuk memperhatikan pola dan menu makanan sehari-hari jika Anda ingin mencegah penurunan fungsi otak. Pilihlah makanan yang rendah kolesterol dan lemak. Diet yang rendah kolesterol dan lemak jenuh dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Selain itu, konsumsi lebih banyak ikan berlemak yang kaya omega-3, seperti salmon, tuna, makarel, dan sarden, serta sayuran dan buah-buahan yang tinggi antioksidan, seperti beri, bayam, brokoli, bawang, dan terong.
2. Tetap Tenang dan Istirahat yang Cukup
Melatih dan menantang pikiran sangat penting, tetapi jangan biarkan hal tersebut menyebabkan kepanikan dan stres. Kombinasi panik dan stres dapat mengganggu proses kognitif otak dalam belajar dan mengingat.
Jika berlanjut, ini dapat membatasi kapasitas kemampuan individu. Oleh karena itu, cobalah melakukan aktivitas seperti yoga dan meditasi, serta luangkan waktu untuk bersenang-senang untuk mengurangi stres dan menenangkan pikiran.
Pastikan juga Anda mendapatkan istirahat yang cukup. Jika mengalami gangguan tidur, segera konsultasikan dengan dokter, karena gangguan tidur dapat memengaruhi kemampuan kognitif seseorang.
3. Tantang Pikiran Anda untuk Terus Belajar
Meski usia bertambah tua, jangan jadikan alasan tersebut untuk berhenti belajar. Melatih otak dengan terus menerima informasi baru adalah cara yang efektif untuk mencegah penurunan fungsi otak.
Jika memiliki dana yang cukup, pertimbangkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengikuti kursus bahasa asing serta keterampilan baru seperti memasak, menjahit, atau memainkan alat musik.
Alternatif lain yang lebih sederhana untuk menjaga fungsi otak adalah membaca dan bermain permainan seperti sudoku, scrabble, atau teka-teki silang. Menantang pikiran Anda dengan hal-hal baru dan sulit dapat sangat membantu mencegah penurunan fungsi otak.
Belajar juga mempunyai dampak positif seperti meningkatkan rasa kepercayaan diri dan melatih kreativitas serta rasa ingin tahu yang tinggi.
4. Aktif Berolahraga
Aktivitas fisik yang sehat bagi lansia dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dengan memperbaiki suasana hati dan mengurangi stres, serta mencegah penurunan fungsi otak.
Olahraga yang dilakukan tidak perlu berat. Cobalah untuk bergerak aktif selama sekitar 30 menit setiap hari, lima kali dalam seminggu. Aerobik adalah salah satu pilihan olahraga yang baik, karena dapat memperlambat perkembangan penyakit alzheimer dan gangguan memori lainnya.
Intinya, lakukan berbagai aktivitas fisik yang positif setiap hari. Selain itu, kelola stres dengan baik, pastikan tidur yang cukup, berhenti merokok, dan batasi konsumsi alkohol untuk menjaga fungsi otak tetap optimal.
5. Aktif Bersosialisasi
Semakin sedikit Anda bergaul dengan orang lain, semakin tinggi risiko Anda terkena demensia. Hal ini berkaitan erat dengan penurunan fungsi otak pada lansia. Untuk menjaga fungsi otak tetap baik, penting untuk aktif bersosialisasi.
Pada lansia, rutinlah berkomunikasi dengan keluarga, teman, dan tetangga. Selain itu, ikutlah berbagai kegiatan sosial yang menarik dan mempertemukan Anda dengan orang-orang baru.
- Saham MDKA Masih Beringas di Tengah Penurunan Harga Emas
- Stagnan, Harga Emas Hari Ini Dibandrol Rp1,4 Jutaan
- Cara dan Syarat Mencairkan BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Resign
Dengan cara ini, Anda dapat mengurangi risiko penurunan fungsi otak karena sosialisasi membantu menstimulasi pikiran dan menguji kemampuan lansia dalam berkomunikasi dengan orang lain.
6. Kurangi Waktu Duduk dan Lebih Banyak Bergerak
Di usia lanjut, pilihlah aktivitas fisik yang mendukung kesehatan kognitif. Kurangi duduk diam terlalu lama sambil menonton TV. Sebaiknya lakukan kegiatan dan hobi yang dapat menjaga fisik dan pikiran tetap aktif.