Joe Biden Minta Tambahan Anggaran US$1,8 Triliun untuk Keluarga Terdampak COVID-19
Presiden Amerika Serikat Joe Robinette Biden usulkan dana tambahan sebesar US$1.8 triliun atau setara Rp26 kuadriliun saat sidang istimewa di Kongres AS pada Kamis, 29 April 2021 (asumsi kurs Rp14.458 per dollar Amerika Serikat).
Dunia
JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengusulkan dana tambahan sebesar US$1,8 triliun atau setara Rp26 kuadriliun saat sidang istimewa di Kongres AS pada Kamis, 29 April 2021 (asumsi kurs Rp14.458 per dolar Amerika Serikat).
Rancangan proposal yang disebut American Families Plan tersebut merupakan seri lanjutan dari kedua proposal yang telah berhasil diterapkan sebelumnya untuk pemulihan ekonomi Amerika Serikat.
Pada proposal pertama yakni American Rescue Plan, Joe Biden berhasil menetapkan dana sebesar US$1,9 triliun atau setara dengan Rp27,4 kuadriliun untuk pemulihan ekonomi pascapandemi yang ditetapkan 27 Februari 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Kemudian, pada proposal kedua, Joe Biden mengalokasikan US$2 triliun atau setara Rp28,9 kuadriliun untuk pembangunan infrastruktur termasuk pengembangan internet berkecepatan tinggi dan energi terbarukan.
Biaya Pendidikan
Lalu, pada proposal ketiga ini, AS di bawah Biden akan membantu biaya pendidikan anak serta biaya tambahan lainnya kepada keluarga berpenghasilan menengah ke bawah.
Mengutip CNN International, orang tua dengan pendapatan kurang dari 1,5 kali median pendapatan negara bagian akan masuk kualifikasi dalam proposal tersebut.
Joe Biden juga ingin menaikkan upah tenaga kerja perawatan anak menjadi US$15 (Rp216,870) per jam melalui proposal tersebut, dibandingkan dengan rata rata upah US$12.24 (Rp176.952) per jam pada 2020.
Joe Biden juga mengajukan US$109 miliar (Rp1,5 kuadriliun) untuk menggratiskan pendidikan D-3 selama dua tahun.
Pemerintah federal akan menutupi 75% rata rata-rata biaya perkuliahan di setiap negara bagian ketika program tersebut berhasil diterapkan.
Gedung Putih menyebutkan 5,5 juta pelajar tidak akan mengeluarkan biaya perkuliahan sepeserpun jika setiap negara bagian dan wilayah turut berpartisipasi dalam program tersebut.
Selain itu, Biden akan menambah US$39 miliar (Rp564 triliun) untuk memberikan subsisi dua tahun kepada pelajar dari keluarga berpenghasilan di bawah US$125.000 (Rp1,8 miliar).
Program tersebut ditujukan kepada pelajar yang telah terdaftar dalam studi perguruan tinggi empat tahun, serta berbagai lembaga pendidikan minoritas.
Masih dalam sektor pendidikan, Presiden Joe Biden juga akan memberikan sekitar dana bantuan tambahan US$1.400 (Rp20,2 juta) kepada setiap pelajar dari keluarga berpenghasilan rendah dengan meningkatkan kuota beasiswa Pell Grant Award.
Kemudian pemerintah akan mengerahkan US$200 miliar (Rp2,8 kuadriliun) untuk universal pre-school untuk anak berusia 3-4 tahun melalui kemitraan dengan negara bagian.
Pemerintah memprediksi hal tersebut dapat memberikan manfaat kepada 5 juta anak-anak serta menghemat pengeluaran keluarga jika dilaksanakan sepenuhnya.
Pekerja Cuti
Pemerintah juga akan mengeluarkan sebesar US$225 miliar (Rp3.2 kuadriliun) selama 10 tahun untuk menyediakan jaminan bantuan kepada pekerja yang cuti sakit selama 12 minggu.
Pekerja tersebut akan memperoleh bantuan sebesar US$4000 (Rp57,8 juta) per bulan dengan minimum 2/3 gaji mereka akan diganti.
Pemerintah juga hendak meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan nilai investasi sebesar US$7,7 miliar (Rp111 triliun).
Melalui dana itu, pemerintah akan meningkatkan dana beasiswa kepada calon tenaga pendidik dari US$4000 menjadi US$8000 (Rp115,7 juta), serta memberikan program pengembangan tenaga pendidik lainnya.
Tidak hanya sampai disitu, Biden juga akan menyediakan US$25 miliar (Rp361 triliun) untuk bantuan nutrisi kepada 29 juta anak di Amerika Serikat. (LRD)