Joe Biden Sebut China Sedang Hadapi ‘Bom Waktu’ Ekonomi
- Sektor konsumen China mengalami deflasi dan harga pabrik terus merosot pada bulan Juli. China mungkin memasuki era pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lambat dengan harga konsumen dan upah yang stagnan, berbeda dengan inflasi di tempat lain di dunia.
Dunia
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut China tengah dihadapkan “bom waktu” akibat tantangan ekonomi saat ini. Biden mengatakan negara tersebut dalam kesulitan karena pertumbuhan yang lemah.
“Mereka memiliki beberapa masalah. Itu tidak baik karena ketika orang-orang jahat menghadapi masalah, mereka melakukan hal-hal buruk,” ujar Biden dalam acara penggalangan dana politik di Utah.
Dilansir dari Reuters, Jumat 11 Agustus 2023, pernyataan Biden mengingatkan pada komentarnya pada acara penggalangan dana lainnya pada bulan Juni ketika ia menyebut Presiden Xi Jinping sebagai “diktator.” China menyebut pernyataan tersebut sebagai provokasi.
- Kominfo Putus Akses 42.662 Konten Judi Online dalam Setahun
- China Dituduh Targetkan Anggota Parlemen Kanada Dalam Operasi Disinformasi
- Cara Mudah Screen Sharing WhatsApp dari Perangkat Android, iOS, dan Windows
Komentar-komentar tersebut muncul tak lama setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyelesaikan kunjungan ke China. Pertemuan itu bertujuan menstabilkan hubungan yang Beijing gambarkan sebagai titik terendah sejak hubungan resmi dibentuk pada tahun 1979.
Sektor konsumen China mengalami deflasi dan harga pabrik terus merosot pada bulan Juli. China mungkin memasuki era pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lambat dengan harga konsumen dan upah yang stagnan, berbeda dengan inflasi di tempat lain di dunia.
Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia, telah berjuang melawan inflasi tinggi dan mengalami pasar tenaga kerja yang kuat. “China dalam masalah,” ujar Biden, Kamis 10 Agustus 2023. Dia mengatakan ia tidak ingin merugikan China dan menginginkan hubungan yang rasional dengan negara tersebut.
Pada Rabu 9 Agustus 2023, Biden menandatangani perintah eksekutif yang akan melarang sebagian investasi baru Amerika Serikat di China dalam teknologi sensitif seperti chip komputer. China, yang memiliki ekonomi terbesar kedua di dunia, mengatakan mereka sangat prihatin dengan perintah tersebut dan siap mengambil langkah-langkah.