Jokowi Kembali Mencoba LRT Jabodebek
Nasional

Jokowi Beri Sinyal Operasi LRT Jabodebek Mulai Akhir Agustus

  • Presiden membeberkan transportasi massal tersebut akan diresmikan penggunaannya untuk umum pada akhir Agustus. “Insya Allah, kemungkinan 26 Agustus,” ujarnya.

Nasional

Khafidz Abdulah Budianto

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mencoba Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek lintas Bekasi dari Stasiun Jati Mulya pada Kamis, 10 Agustus 2023. Presiden membeberkan transportasi massal tersebut akan diresmikan penggunaannya untuk umum pada akhir Agustus. “Insya Allah, kemungkinan 26 Agustus,” ujarnya. 

Ini kali keempat Jokowi mencoba LRT setelah pekan lalu Presiden juga menjajal kereta tersebut. Kali ini, Jokowi menjajal LRT bersama sejumlah pegiat seni dan influencer (pemengaruh) seperti Cak Lontong, Lukman Sardi, Desta, hingga Chelsea Islan.

Mantan Wali Kota Solo itu semakin terkesan setelah kembali menumpangi LRT. Diketahui pekan lalu sempat muncul polemik terkait desain jembatan lengkung LRT yang dinilai salah desain.  Jokowi memastikan keamanan dan kenyaman di kereta tersebut prima. “Tadi dicek lagi bagus, akhir bulan dapat beroperasi,” ujar Jokowi.

Pekan kemarin, Jokowi memberikan beberapa catatan terhadap transportasi buatan anak bangsa itu. Presiden meminta untuk tidak tergesa-gesa dalam pengoperasian moda transportasi baru di Jabodebek tersebut. Dirinya menekankan untuk mengutamakan keselamatan dan keamanan sebagai hal utama dalam operasional.

Selain itu, orang nomor satu di Indonesia tersebut juga meminta masyarakat memaklumi kekurangan moda tersebut. Ini mengingat Indonesia baru kali pertama mengerjakan proyek LRT. Namun demikian, Presiden meminta untuk membenahi dan memperbaiki kekurangan yang ada sehingga operasional menjadi lebih baik.

Sebagai Informasi, LRT Jabodebek ini memang memiliki sejumlah problem sebelum kereta ini benar-benar beroperasi secara regular. Problem tersebut terkait dengan perbedaan spesifikasi pada 31 rangkaian dan desain jembatan yang memiliki radius tikungan kecil. 

Perbedaan tersebut meliputi dimensi, berat, kecepatan, hingga pengeremannya berbeda-beda satu sama lain. Akibatnya, biaya perbaikan menjadi lebih tinggi karena harus menyesuaikan antar satu kereta dengan lainnya.

Padahal dalam mode operasi GoA 3 di mana kereta dioperasikan tanpa masinis, spesifikasi kereta harus seragam agar dapat berhenti sejajar antara 'gate' di stasiun dan pintu kereta. Adanya perbedaan menyebabkan perlunya penyesuaian kembali pada software-nya agar rangkaian yang berbeda spesifikasi ini dapat berhenti pada posisi yang sama. 

Permasalahan lain dalam LRT Jabodebek adalah kesalahan jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang berada di antara Gatot Subroto ke Kuningan. Jembatan ini memiliki radius yang kecil dan menikung tajam. 

Akibatnya, rangkaian LRT yang melewati ruas tersebut harus berjalan pelan hingga 20km/jam karena radius tikungan pada jembatan yang terlampau kecil.