Jokowi Kembali Soroti Dampak Perubahan Iklim pada Ketahanan Pangan
- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan dampak perubahan iklim dunia terhadap ketahanan pangan. Presiden menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan di acara Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Selasa 7 November 2023.
Nasional
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan dampak perubahan iklim dunia terhadap ketahanan pangan. Presiden menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan di acara Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Selasa 7 November 2023.
Selain itu, Presiden memaparkan dampak ekonomi global yang tidak menentu serta adanya perang antara Ukraina dan Rusia serta Israel dan Palestina yang nyatanya juga berdampak meskipun jaraknya jauh.
“Dulu kita kalau ada perubahan iklim ya hanya dalam kata-kata. Tapi sekarang sudah nyata kekeringan hampir di semua negara,” ujar Presiden Jokowi, dipantau secara daring melalui saluran Youtube Sekretariat Kepresidenan.
Dirinya memaparkan perubahan iklim menjadi sesuatu yang sulit diprediksi dan dikalkulasi. “Sekarang ini terjadi panas bumi yang naik gelombang panas,” papar Presiden.
Kenaikan suhu tersebut berdampak pada menurunya produksi beras akibat kekeringan yang melanda tujuh provinsi di Indonesia. Presiden memaparkan seluruh negara mengalami hal yang sama dengan Indonesia sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan melalui impor pun juga sulit.
- Ekspor Lesu, Aturan Penjualan Eksportir di Pasar Domestik Direlaksasi
- Mirae Asset Naikkan Proyeksi Laba Bersih Bank Mandiri untuk Tahun 2023
- KPK Telusuri Proyek Titipan Menhub
“Tanya ke pak Zulkifli Hasan (Mendag) bahwa sulit mencari barangnya. Semua negara ngerem tidak ekspor beras untuk menyelamatkan rakyatnya masing-masing,” paparnya.
Presiden lantas menjelaskan dahulu banyak negara yang menyodorkan beras ke Indonesia apabila negara ini hendak melakukan impor. Namun kini sebaliknya karena semua negara ingin memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri.
Presiden menyebut terdapat 22 negara yang mengerem laju ekspor beras mereka. Oleh karenya dirinya menegaskan bahwa kedaulatan pangan dan ketahanan pangan itu harus menjadi program bangsa Indonesia ke depannya. Dampak ketersedian pangan itu juga ditambah dengan adanya konflik di Ukraina-Rusia dan Israel-Palestina.
Presiden Jokowi mengaku pernah berpikir jika dampak konflik di Ukraina tidak begitu terasa mengingat lokasinya yang jauh dari Indonesia. Namun justru sebaliknya, perang tersebut berdampak nyata terhadap Indonesia sekalipun. “Kita impor itu gandum 11 juta ton per tahun ternyata 30% itu impornya dari Ukraina dan dari Rusia,” jelasnya.
- Polda Bali Rilis Aplikasi SIYANDE untuk Atasi Cyber Crime, Apa Saja Fiturnya?
- Link Nonton Attack on Titan The Final Season Part 4 Karya Hajime Isayama, Sudah Tayang!
- OJK Dukung Perbankan Bisnis Paylater, 4 Bank Ini Telah Rilis Fitur Pinjaman Digital
Akibat konflik tersebut, kapal pembawa barang tersebut tidak berani melakukan pelayaran untuk mengirim gandum ke Indonesia. Hal itu ditambah gandum yang tidak bisa ditanam di wilayah Indonesia. Padahal impor gandum Indonesia cukup besar mencapai 11 juta ton.
Selain gandum, Presiden menyebut bahwa bahan baku pupuk ternyata juga berasal dari Rusia, Ukraina, dan Belarusia yang ternyata sama-sama terdampak adanya konflik tersebut.
Presiden juga menceritakan ketika dirinya bertemu Presiden Ukraina Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Zelensky menyebut di negaranya terdapat 77 juta ton gandum yang berhenti dan tidak bisa di ekspor. Demikian di Rusia, Putin menyebut 130 juta ton gandum berhenti di negaranya akibat adanya perang. “Total 207 ton gandum berhenti akibat perang,” pungkas Presiden.