Jokowi Minta Siapapun Penggantinya Jangan Kembali ke Ekspor Barang Mentah
- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmen pemerintah untuk secara bertahap menghentikan impor barang mentah sekaligus melakukan hilirirasi industri.
Nasional
JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmen pemerintah untuk secara bertahap menghentikan impor barang mentah sekaligus melakukan hilirirasi industri.
Jokowi mengatakan, selama 77 Tahun Indonesia Merdeka, bahan mentah selalu diekspor. Contohnya saja, nikel, tembaga, minyak, timah, dan kelapa sawit.
"Kita ekspor, tapi tidak dalam bentuk barang setengah jadi atau barang jadi. Sehingga nilai tambah itu ada di negara lain, pembukaan lapangan kerja juga adanya di negara lain,” kata Jokowi mengutip setkab, Rabu, 11 Oktober 2022.
- The Fed Buat Dua Kesalahan Fatal
- Kejar Pemenuhan Target Net Zero Emision Nasional 2060, Pertamina Beberkan Strateginya
- 9 Emiten Dengan Nilai Rasio Stock Split Terbesar Sepanjang 2022
Oleh sebab itu, lanjut Jokowi, hilirisasi industri akan meningkatkan nilai tambah dari suatu komoditas dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya di dalam negeri.
“Inilah yang secara konsisten akan terus kita lakukan. Setop nikel, tahun depan setop timah, tahun depan setop tembaga, karena nilai tambahnya ada di dalam negeri,” katanya.
Dengan berbagai upaya yang terus dilakukan, Presiden optimistis target Indonesia untuk masuk ke lima besar ekonomi dunia di tahun 2045 akan terwujud.
“Asal konsistensi ini terus kita jaga. Siapapun nanti pemimpin, presiden negara ini, konsistensi itu harus kita jaga dan terus kita ingatkan. Jangan kembali lagi ke ekspor mentah lagi,” ujarnya.
Presiden mencontohkan, nilai ekspor nikel melonjak hingga mencapai Rp360 triliun karena diekspor dalam bentuk setengah jadi dan jadi, bukan bahan mentah.
“Saya berikan contoh nikel. Waktu diekspor dalam bentuk mentahan, kita hanya mendapatkan nilai Rp15 triliun. Setelah diekspor dalam bentuk setengah jadi dan barang jadi, nilainya menjadi Rp360 triliun. Dari Rp15 triliun menjadi Rp360 triliun, baru satu barang,” ujarnya.
Selain nikel, pemerintah juga mendorong penghentian ekspor tembaga saat pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga di Gresik, Jawa Timur mulai beroperasi.
“Tembaga nanti begitu ini smelter di Gresik selesai, ini juga sama setop, tidak ada lagi yang namanya ekspor tembaga. Semuanya harus dikerjakan jadi barang jadi di negara kita Indonesia,” jelas Jokowi.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah di sektor pertambangan, pemerintah juga mengambil alih kepemilikan saham perusahaan asing atas pengelolaan sejumlah industri pertambangan Indonesia, mulai dari PT Freeport Indonesia hingga Blok Rokan. Presiden menyampaikan saat ini Indonesia sudah memegang mayoritas saham Freeport.
“Untuk yang di Blok Rokan, ini urusan minyak dan gas yang sudah 97 tahun dikuasai oleh Chevron, 97 tahun. Sekarang juga sudah 100 persen dimiliki oleh kita sendiri,” kata Jokowi.