Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat
Nasional

Jokowi Sebut Penutupan Pabrik Bata Tak Cerminkan Ekonomi Nasional

  • Presiden Joko Widodo mengomentari penutupan pabrik Bata, menyatakan bahwa hal ini mencerminkan tantangan efisiensi dan persaingan yang dihadapi oleh industri manufaktur di Indonesia.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Pabrik sepatu Bata yang telah beroperasi di Purwakarta sejak 1994 resmi ditutup pada awal Mei 2024. 

Keputusan penutupan ini disebabkan oleh pertimbangan efisiensi perusahaan dan persaingan yang semakin ketat dengan produk sepatu baru di pasaran. 

Presiden Joko Widodo mengomentari penutupan pabrik Bata, menyatakan bahwa hal ini mencerminkan tantangan efisiensi dan persaingan yang dihadapi oleh industri manufaktur di Indonesia.

Menurut Jokowi penutupan pabrik tersebut tidak mencerminkan kondisi perekonomian Indonesia secara keseluruhan, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih stabil di tengah resesi global. 

"Kalau masalah ada pabrik yang tutup, sebuah usaha itu naik turun karena kondisi, karena mungkin efisiensi, karena kalah bersaing dengan barang-barang baru. Banyak hal," terang Jokowi kepada wartawan di Depok, Jawa Barat. 

Pada triwulan I-2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,11 persen secara tahunan (yoy), menunjukkan ketahanan ekonomi yang baik meskipun tekanan global.

"Tapi yang jelas secara makro, perkembangan ekonomi kita sangat baik 5,11 (persen)," tambah Jokowi

Penutupan pabrik Bata ini menyebabkan 233 karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh para karyawan, tetapi juga berpotensi mempengaruhi perekonomian lokal Purwakarta.

Presiden Joko Widodo, yang pada awal tahun 2023 sempat membeli sepatu di toko Bata, menyoroti betapa beratnya keputusan ini bagi karyawan dan komunitas lokal. 

Pabrik Bata di Purwakarta telah menjadi bagian dari komunitas industri sepatu selama 30 tahun.

Alasan utama penutupan pabrik Bata adalah untuk melakukan efisiensi dalam operasional perusahaan serta menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan produk sepatu baru yang muncul di pasar. 

Meskipun demikian, keputusan ini menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi oleh sektor manufaktur di Indonesia dan pentingnya adaptasi terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis global yang dinamis.

Penutupan pabrik Bata di Purwakarta menunjukkan bahwa perusahaan harus terus berupaya untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar yang berubah, sambil memperhatikan dampaknya terhadap tenaga kerja dan perekonomian lokal. 

Selain itu, penting untuk mengidentifikasi solusi yang berkelanjutan guna menjaga ketahanan industri manufaktur di Indonesia dalam jangka panjang.