Industri

Jokowi Tak Ambil Lockdown, Pengusaha Singgung Dampak Sistemik

  • JAKARTA – Pengusaha menyinggung dampak sistemik yang ditimbulkan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil opsi lockdown untuk mengantisipasi virus corona. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan perlu ada analisis komprehensif mengenai opsi lockdown yang akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Menurutnya semua usulan pasti untuk kebaikan, namun perlu dipertimbangkan […]

Industri
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Pengusaha menyinggung dampak sistemik yang ditimbulkan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil opsi lockdown untuk mengantisipasi virus corona.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan perlu ada analisis komprehensif mengenai opsi lockdown yang akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Menurutnya semua usulan pasti untuk kebaikan, namun perlu dipertimbangkan dampak menyeluruh, terutama usulan lockdown. Menurut dia, dampak sistemik ekonomi bisa terjadi jika lockdown diberlakukan.

“Misalnya yang sederhana, siapa yang menanggung pendapatan masyarakat kelas bawah yang mengandalkan usaha yang bersifat harian?” tanya Adhi dalam keterangan resmi yang diterima TrenAsia, Selasa, 17 Maret 2020.

Selain itu, di tingkat perusahaan, bagaimana daya tahan perusahaan menghadapi kebijakan lockdown. Hal ini terkait dengan arus kas pelaku usaha yang dipastikan akan turun bahkan nol.

“Setiap menit napas perusahaan identik dengan berapa bunga bank yang harus dibayar? Siapa yang menanggung gaji karyawan sementara perusahaan tidak operasional? Bila ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa Nasional, bagaimana dengan asuransi kesehatan? Apakah asuransi kesehatan akan menanggung pengobatan yang menjadi penderita?” imbuhnya.

Hingga saat ini, Presiden Jokowi menegaskan belum terpikir untuk mengambil kebijakan lockdown. Namun, para ahli kesehatan justru menyarankan kebikakan ini untuk mengurangi dampak penyebaran virus corona.

Seperti yang disarankan oleh Nurul Nadia, konsultan kesehatan masyarakat, ia menyebut lockdown terbukti efektif menekan sebaran virus. Hal ini juga telah terbukti dengan menurunnya kasus di banyak negara yang telah melakukan lockdown.

Washington Post telah mengumumkan hasil positif dari simulasi lockdown, itu bisa jadi acuan agar bisa mengurangi potensi penyebaran,” katanya.

Sebagai informasi, lockdown diambil dari bahasa Inggris, artinya adalah terkunci. Jika dikaitkan dalam istilah teknis dalam kasus Corona atau COVID-19, arti lockdown adalah mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari suatu daerah maupun negara.

Tujuan mengunci suatu wilayah ini agar virus tidak menyebar lebih jauh lagi. Jika suatu daerah dikunci atau di-lockdown, maka semua fasilitas publik harus ditutup. Mulai dari sekolah, transportasi umum, tempat umum, perkantoran, bahkan pabrik harus ditutup dan tidak diperkenankan beraktivitas. Aktivitas warganya pun dibatasi. Bahkan ada negara yang memberlakukan jam malam.

Ketika virus Corona menyebar di kota Wuhan, China, pemerintah setempat memberlakukan kebijakan lockdown, disusul kota-kota lainnya di China yang penyebaran virusnya begitu massif. Sementara di Eropa, Italia jadi negara yang menerapkan kebijakan lockdown setelah penyebaran virus Corona di sana meningkat tajam dan menjangkiti ribuan orang.

Meskipun begitu, tidak semua negara mengunci wilayahnya setelah penyebaran virus Corona masuk ke wilayahnya. Korea Selatan memilih tidak mengunci wilayahnya, namun mengambil kebijakan lain untuk mencegah penyebaran virus Corona. Begitupula dengan Indonesia, pemerintah menilai opsi tersebut belum dibutuhkan untuk saat ini. (SKO)