Jokowi Umumkan Direksi Indonesia Investment Authority, Saham BUMN Karya Justru Berguguran
Pengumuman tersebut nyatanya tak mampu mendongkrak kinerja saham pada sektor konstruksi badan usaha milik negara (BUMN). Sebaliknya, mayoritas saham pelat merah sektor konstruksi justru terkoreksi pada akhir perdagangan Selasa, 16 Februari 2021.
Pasar Modal
JAKARTA – Pemerintah meresmikan susunan anggota dewan pengawas dan dewan direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) bernama Indonesia Investment Authority (INA) pada hari Selasa, 16 Februari 2021.
Pengumuman tersebut nyatanya tak mampu mendongkrak kinerja saham pada sektor konstruksi badan usaha milik negara (BUMN). Sebaliknya, mayoritas saham pelat merah sektor konstruksi justru terkoreksi pada akhir perdagangan Selasa, 16 Februari 2021.
LPI atau biasa disebut Sovereign Wealth Fund (SWF) itu rencananya akan menjadi lembaga utama penghimpun dana abadi yang akan digunakan untuk membiayai proyek infrastruktur pemerintah.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Berdasarkan data RTI, saham PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP) turun 1,36% sebesar 25 poin ke level Rp1.815 per lembar. Lalu, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) juga terkoreksi 1,29% atau 20 poin pada level Rp1.525 per lembar.
Kemudian saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) tergelincir 0,50% pada harga Rp2.000 per lembar, disusul saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) turun 0,31% ke level Rp1.605 per unit. Berbeda, saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) berhasil menguat 1,79% ke level Rp4.550 per lembar saham.
Kepala Riset PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) Lanjar Nafi menyebut beberapa hal yang menyebabkan lesunya kinerja saham konstruksi hari ini.
Konsolidasi
Secara umum, kata dia, momentum Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang mengalami konsolidasi hari ini membuat sejumlah kinerja saham tidak maksimal, termasuk sektor konstruksi.
Ditambah, kata dia, masih minimnya sentimen dan penantian para investor akan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada Kamis, 18 Februari 2021.
“Rentetan kepastian reklaksasi perpajakan di Indonesia juga masih ditunggu kepastiannya,” ujarnya kepada TrenAsia.com, Selasa 16 Februari 2021.
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
- Pemberdayaan Perempuan di Perusahaan Jepang Masih Alami Krisis Pada Tahun 2021
Ia memproyeksikan, sentimen SWF pada saham konstruksi BUMN akan terjadi setelah lembaga tersebut resmi terbentuk dan mulai menjalankan fungsinya.
“Nanti kalau lembaganya resmi terbentuk dan dana yang antre masuk ke lembaga tersebut, baru kelihatan proyeksi kinerjanya untuk saham-saham konstruksi,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Riset PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang menuturkan, masih banyak pertanyaan dari para investor pasar modal terkait fungsi dan skema pengolaan dana yang dijalankan oleh SWF.
Sehingga, proses peresmian jajaran direksi SWF hari ini tak mampu mendorong kinerja saham BUMN sektor konstruksi.
“Mengenai pengangkatan itu hanya salah satu proses di tengah keraguan apakah target dana SWF yang segitu besar bisa tercapai? Pertanyaan lainnya apakah dana tersebut di SWF sifatnya hutang atau penempatan murni,” ucapnya ketika dikonfirmasi terpisah. (SKO)