Aktivitas warga saat jam pulang kerja di kawasan Thamrin, Jakarta, Senin, 17 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Dunia

Jumlah Masyarakatnya Bakal Menurun, China Diprediksi Tak Lagi Jadi Negara dengan Populasi Terbanyak

  • Negara dengan populasi terbanyak di dunia, China, diprediksi akan mengalami penurunan populasi dimulai tahun ini.

Dunia

Fadel Surur

BEIJING - Negara dengan populasi terbanyak di dunia, China, diprediksi akan mengalami penurunan populasi dimulai tahun ini.

Penurunan ini merupakan yang pertama sejak ditimpa musibah kelaparan antara tahun 1959-1961.

Menurut data worldometer, populasi penduduk China mencapai angka 1.450.053.884 jiwa sampai 9 Juni 2022. Sebagai negara penyumbang sekitar seperenam populasi dunia, angka itu diprediksi akan menurun dalam beberapa tahun ke depan, seperti dikutip dari CNN.

Berdasarkan perhitungan terbaru dari Biro Statistik Nasional China, populasi penduduk di China bertumbuh dari 1,41212 miliar ke angka 1,41260 miliar pada tahun 2021. Peningkatan sebesar 480.000 jiwa ini merupakan rekor terendah jika dibandingkan dengan peningkatan sebanyak delapan juta per tahun selama dekade terakhir.  

Ada kemungkinan bahwa penurunan ini dipengaruhi oleh peraturan ketat yang diterapkan sejak penyebaran pandemi COVID-19.

Penurunan peningkatan ini tetap terjadi meskipun tahun lalu China telah menghapus ketentuan satu anaknya pada tahun 2016. Negara itu mulai memberlakukan aturan tiga anak yang didukung pajak dan biaya insentif lain pada tahun lalu.

China juga memiliki lebih sedikit wanita usia subur daripada yang diperkirakan. Ini dipengaruhi oleh banyak keluarga yang memilih untuk memiliki anak laki-laki karena peraturan pembatasan satu anak sejak tahun 1980. 

Peraturan itu berpengaruh pada rasio jenis kelamin saat lahir dari 106 laki-laki untuk setiap 100 perempuan menjadi 120.

Tingkat kesuburan atau kelahiran per wanita di China pada tahun 2021 menurun ke angka 1,15 dari angka 1,3 pada tahun sebelumnya. Jika dibandingkan, tingkat kesuburan pada akhir tahun 1980an adalah 2,6 dan berada di sekitar angka 1,6 dan 1,7 sejak tahun 1994. 

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa wanita di China enggan memiliki anak dan berpengaruh pada tingkat kelahiran per wanita. Alasan pertama adalah kebiasaan bertahun-tahun di negara itu untuk memiliki anggota keluarga dengan jumlah sedikit. Kemungkinan lain adalah tingginya biaya hidup dan usia pernikahan yang naik lalu memperlambat kelahiran dan mengurangi keinginan memiliki anak. 

Menurut prediksi tim Akademi Ilmu Sosial Shanghai, total populasi China akan mengalami penurunan terbesar sejak bencana kelaparan yaitu sebesar 0,49 dari 1.000. 

Tim itu juga memperkirakan adanya penurunan rata-rata tahunan sebesar 1,1% setelah tahun 2021. Hasilnya, populasi China akan turun ke angka 587 juta pada tahun 2100 atau kurang dari setengah dari angka saat ini.

Prediksi itu didasarkan pada perkiraan penurunan tingkat kesuburan total dari 1,15 menjadi 1,1 dalam kurun waktu saat ini sampai tahun 2030 dan berlanjut sampai tahun 2100.

Usia kerja juga akan mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,73% dan akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi, kecuali ada peningkatan produktivitas.

Selain itu, biaya tenaga kerja yang lebih tinggi dan didorong oleh penyusutan angkatan kerja akan mendorong manufaktur padat karya margin rendah keluar dari China. 

Proyeksi populasi ini menunjukkan bahwa negara lain akan mulai menggantikan China sebagai pengaruh di dunia. Salah satu contohnya adalah India, yang populasinya diperkirakan akan melebihi China dalam dekade mendatang.