Jumlah Saham IPO di 2024 Turun Tajam, Bagaimana Tahun Ini?
- Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa hanya 41 perusahaan yang melaksanakan initial public offering (IPO) sepanjang tahun 2024. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, di mana tercatat 79 perusahaan melakukan aksi korporasi serupa.
Bursa Saham
JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan bahwa hanya 41 perusahaan yang melaksanakan initial public offering (IPO) sepanjang tahun 2024. Jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, di mana tercatat 79 perusahaan melakukan aksi korporasi serupa.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari sisi internal perusahaan maupun pengaruh eksternal.
“Dari sisi internal, kesiapan perusahaan menjadi salah satu kendala utama. Banyak perusahaan menunda rencana pencatatan saham atau bahkan mendapat penolakan dari bursa akibat kekhawatiran terhadap kondisi keuangan, operasional, aspek hukum, serta keberlanjutan bisnis (going concern),” jelasnya kepada wartawan di Jakarta dikutip pada Kamis, 2 Januari 2025.
- Ini Dia Negara yang Paling Awal dan Akhir Sambut Tahun Baru 2025
- Prospek Industri Halal Cerah, Surveyor Indonesia Incar Peluang di 2025
- Optimisme IHSG 2025, Kepastian Politik dan Suku Bunga Tinggi Bukan Penghalang
Sementara itu, faktor eksternal juga memberikan pengaruh besar terhadap menurunnya minat IPO. Kinerja sektor atau industri, fluktuasi makroekonomi global dan domestik seperti tingkat suku bunga dan inflasi, serta kebijakan pemerintah menjadi pertimbangan para calon emiten.
Selain itu, pemilu yang berlangsung di lebih dari 70 negara sepanjang tahun 2024, mencakup 54% populasi dunia dan 60% dari total PDB global, turut menciptakan ketidakpastian yang membuat banyak pengusaha memilih bersikap "wait and see."
Nyoman menambahkan bahwa situasi serupa juga dialami oleh bursa-bursa regional di ASEAN, yang mencatat penurunan jumlah IPO sebesar 35% dan nilai dana yang dihimpun turun hingga 51%.
Ia menyampaikan harapannya bahwa stabilitas politik pasca pelantikan presiden dan wakil presiden di Indonesia akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif. Dengan meningkatnya kepercayaan investor, BEI optimis minat perusahaan untuk melakukan IPO akan kembali meningkat.
Target IPO dan Proyeksi IHSG
Sementara itu, pada tahun 2025 BEI menargetkan pencatatan 66 perusahaan baru melalui IPO dan menarik 2 juta investor baru pada 2025. Langkah ini sejalan dengan visi BEI untuk meningkatkan inklusi keuangan dan akses investasi masyarakat, sekaligus memperkuat pasar modal sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
Direktur BEI Iman Rachman menyebutkan, hingga 20 Desember 2024, sudah ada 22 perusahaan dalam pipeline IPO. Mayoritas adalah perusahaan besar dengan aset di atas Rp250 miliar dari sektor konsumer non-primer, energi, dan kesehatan.
“Perusahaan-perusahaan ini mencakup berbagai sektor, dengan dominasi dari konsumer non-primer (5 perusahaan) dan material dasar, energi, serta kesehatan masing-masing 3 perusahaan. BEI optimistis target ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Iman.
Di sisi lain, Direktur Utama Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan pada tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bakal memperoleh sentimen positif yang didorong oleh kondisi stabil yang tercipta pasca transisi pemerintahan.
“Ketika ada kepastian arah kebijakan, pelaku pasar akan lebih percaya diri. Ini membuka peluang besar bagi IHSG untuk menembus level tertinggi baru,” ungkap William saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Senin, 30 Desember 2024.
Wiliam bilang bahwa kejelasan suhu politik yang tercipta dipandang mampu meningkatkan kepercayaan investor, bahkan di tengah lingkungan global yang tidak pasti. Rekor sebelumnya yang dicapai IHSG pada 2024, yaitu level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) di angka 7.905,39, menjadi bukti daya tahan pasar modal Indonesia meski dihadapkan pada suku bunga tinggi.
William menambahkan bahwa suku bunga yang tetap tinggi pada 2025 tidak akan menghambat IHSG untuk melanjutkan penguatan. “Pada 2024, ketika suku bunga juga tinggi, IHSG berhasil mencapai ATH. Itu menunjukkan bahwa sentimen bunga tinggi bukan penghalang yang besar, apalagi jika pasar sudah mendapatkan kepastian politik,” ujar William.