<p>Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi saat mencoba fasilitas serba digital di Kantor Cabang Bank Mandiri Menara Astra. / Facebook @bankmandiri</p>
Industri

Jurus Bank Mandiri Agar Kredit Tak Loyo Lagi

  • Penyaluran kredit Bank Mandiri 2020 terkontraksi 1,61% year on year (yoy) secara ending balance. Kendati begitu, koreksi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan rerata kontraksi perbankan nasional yakni 2,41%.

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Emiten pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatatkan penyaluran kredit 2020 tak sebaik tahun sebelumnya. Tentunya, hal itu berakibat pada laba bersih perseroan yang juga merosot.

Penyaluran kredit Bank Mandiri 2020 terkontraksi 1,61% year on year (yoy) secara ending balance. Kendati begitu, koreksi ini masih lebih baik bila dibandingkan dengan rerata kontraksi perbankan nasional yakni 2,41%.

Adapun pertumbuhan fungsi intermediasi konsolidasian secara average balance atau baki debet rata-rata tumbuh 7,08% yoy menjadi Rp871,3 triliun.

“Ini mengindikasikan bahwa strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi dalam paparan virtual, Kamis, 28 Januari 2021.

Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri secara konsolidasi pada akhir 2020 tercatat tumbuh 12,24% yoy, menjadi Rp1.043,3 triliun. Penghimpunan DPK ini lebih tinggi dari industri perbankan yang tumbuh 11,1%.

“Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat,” terangnya.

Di sisi lain, rasio kredit bermasalah (non performing loan/ NPL) tercatat sebesar 3,09%, meningkat dibandingkan dengan posisi November 2020 yang masih di level 2,33%.

Suasana pelayanan nasabah di kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Jum’at 29 Mei 2020. Bank Mandiri saat ini telah menerapkan serangkaian protokol untuk memulai skenario New Normal di masa pandemi COVID-19 sesuai dengan surat edaran Menteri BUMN Nomor S-336/MBU/05/2020 tentang antisipasi skenarioThe New Normal Badan Usaha Milik Negara. Protokol tersebut saat ini telah disosialisasikan melalui kanal media komunikasi Bank Mandiri di seluruh kantor utama maupun cabang yang tersebar di dalam dan luar negeri. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Efisiensi Perseroan

Dengan kondisi lesunya permintaan kredit, perseroan melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional. Tahun lalu, Bank Mandiri menurunkan cost of fund sebesar 33 bps yoy menjadi 2,53% pada Desember 2020.

Sedangkan biaya operasional ditekan hanya tumbuh 1,42%. Angka ini terbilang cukup ketat mengingat kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68%.

Selain melakukan efisiensi, Darmawan juga mengungkapkan upaya Bank Mandiri dalam pengembangan digital banking. Ia mengungkapkan, adaptasi digital ini seiring dengan pergeseran perilaku masyarakat dalam bertransaksi.

Sebagai informasi, laba bersih Bank Mandiri terkontraksi sebesar 37,71% pada 2020 menjadi Rp17,1 triliun. Dalam paparannya, Darmawan mengungkapkan, terdapat beberapa faktor penyebab tergerusnya laba bersih perseroan.

Beberapa faktornya antara lain penyaluran kredit yang minim, membesarnya biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dari Rp11 triliun menjadi Rp22,89 triliun.

Selain itu, kenaikan NPL di level 3,09% dan penurunan pendapatan bunga bersih dan premi bersih sebesar 5,27% menjadi Rp58,02 triliun. (SKO)